Kini Sandi Widodo memelihara jambang lebat, rajin shalat, mengaji dan ibadah di masjid. Namun masih ada banyak 'bekas' dari masa lalu Sandi Widodo di wajah, seluruh lengan, leher hingga punggungnya. Sekujur tubuhnya penuh tato. Dulu, Sandi tak cuma suka merajah tubuhnya. Dia sendiri seorang seniman tato. Cari saja nama Aki Tattoo di internet, masih banyak foto rajah karya Sandi.
Sandi kenal tato pertama kali pada 2006. Tak cuma mulai merajah tubuhnya, Sandi juga mulai kenal dengan obat-obat terlarang. Dari seorang teman, dia mulai belajar membuat tato. Dia memang punya bakat seni dan sempat belajar desain grafis. Tiga tahun kemudian, mesti ditentang keluarga, dia memutuskan mencari nafkah dengan menjadi seniman tato. Sandi sempat menetap dan menjual jasanya sebagai seniman rajah di Bali.
"Entah sudah berapa banyak tubuh orang yang saya rusak," kata Sandi, kini 32 tahun. Bertahun-tahun meninggalkan rumah orang tua, Sandi merasa ada yang 'kosong' dalam hidupnya. Sandi yang berasal dari keluarga religius memutuskan pulang dan mulai belajar kembali ajaran Islam. Empat tahun lalu, dia berhenti jadi seniman tato. Dalam Islam, menurut sejumlah hadist, merajah tubuh memang merupakan hal terlarang. Untuk bertahan hidup, Sandi sempat jadi tukang ojek, sebelum akhirnya membuka usaha sablon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sandi sudah 'bertobat' dan berhenti bikin tato. Bagaimana kisah lengkapnya, baca di DetikX, Hijrah Sang Perajah (bbn/sap)