Setidaknya hal itu tergambar dari survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA. Survei digelar pada 12-19 Agustus 2018 melalui metode multistage random sampling dengan mewawancarai secara tatap muka 1.200 responden. Margin of error survei kurang-lebih 2,9 persen.
Dari seluruh responden, ada 28,5 pengguna medsos yang memiliki hak pilih dan 71,5 persen bukan pengguna medsos yang memiliki hak pilih. Peneliti LSI Ardian Sopa menyebut pengguna medsos dikategorikan sebagai responden yang setidaknya memiliki 1 akun medsos, antara Facebook, Twitter, atau Instagram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kategori pengguna medsos:
- Jokowi-Ma'ruf: 48,3 persen
- Prabowo-Sandi: 39,5 persen
- Rahasia atau belum memutuskan: 12,2 persen
Kategori bukan pengguna medsos:
- Jokowi-Ma'ruf: 53,7 persen
- Prabowo-Sandi: 25,5 persen
- Rahasia atau belum memutuskan: 20,8 persen
Apa alasannya?
"Pertama, pengguna media sosial secara umum lebih terinformasi dan lebih kritis terhadap kekuasaan. Kedua, kepuasan pengguna media sosial terhadap Jokowi lebih kecil dibanding yang tidak menggunakan media sosial. Ketiga, tagline tagar 2019 ganti presiden lebih disukai pengguna media sosial dibanding bukan pengguna media sosial," kata Ardian di Graha Cakrawala LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (5/9/2018).
Untuk alasan ketiga, yaitu soal aksi ganti presiden, Ardian memberikan data seperti ini:
Kategori pengguna medsos:
- Suka aksi 2019 ganti presiden: 63,2 persen
- Tidak suka aksi 2019 ganti presiden: 30,0 persen
Kategori bukan pengguna medsos:
- Suka aksi 2019 ganti presiden: 51,8 persen
- Tidak suka aksi 2019 ganti presiden: 37,7 persen (dhn/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini