Demi Hijrah Setrika Rajah

Demi Hijrah Setrika Rajah

Baban Gandapurnama - detikNews
Rabu, 05 Sep 2018 16:30 WIB
Foto: Spencer Platt/Getty Images
Jakarta -

"Astagfirullah...," ucap Deby, 28 tahun, ibu dua anak, kala cahaya laser berintensitas tinggi menusuk alur guratan tato di kakinya. Deby, dia minta namanya disamarkan, jauh-jauh datang ke Bandung dari Ciamis, Jawa Barat. Ini kali kedua dia menjalankan proses menghapus rajah kombinasi bunga mawar dan hati yang menempel di kulit tumit kaki kanan. "Panas dan sakit banget lasernya. Kayak ditusuk jarum sama seperti saat dulu bikin tato."

Pada siang yang terik itu, ada beberapa perempuan yang mengantre untuk dihapus tatonya di Masjid Kaaffah, Jl. Kopo, Kota Bandung. "Trek..trek...trek..trek...trek...," bunyi mesin laser saat menghapus titik-titik rajah. Jemari tangan kanan seorang perempuan bercadar mencengkeram erat pegangan alat laser bercorong besi. Berulang kali ia menenangkan seorang peserta yang meringis kesakitan. "Tahan ya," katanya.

Deby baru dua kali ikut program hapus tato gratis Hijrah Care itu. Dia punya dua tato. Satu di kaki, satu lagi di wajah. Lantaran sudah hijrah, ia emoh tato di kaki dan wajahnya terlihat. "Anak sering ditanya teman-temannya kalau ibunya ini bertato. Sedih sekali mendengarnya," katanya. Dia tahu program tersebut dari kerabat. Deby sengaja berangkat pergi-pulang dari Ciamis demi menghapus tinta gambar yang bertahun-tahun melekat di kulitnya. "Kalau datang ke tempat lain, harus bayar. Mahal. Sedangkan saya kan enggak punya dana, jadinya ikut program hapus tato gratis di sini saja."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Membuang tinta tato sepanjang satu sentimeter menggunakan laser di tempat komersial, sambung dia, harganya mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Dulu ia sempat nekat melenyapkan tato pada tumit kaki kananya dengan cara kuno. "Tato di kaki ini pernah sekali digosok setrika supaya hilang. Pernah juga pakai obat keras. Malah kulitnya jadi rusak," Deby bercerita.

Rifki Saiful Rohman, 35 tahun, penanggung jawab Hijrah Care, menuturkan para peserta 'TATTO REMOVAL PROGRAM' terdiri berbagai ragam usia dan kalangan. Usia peserta, baik itu lelaki dan perempuan, menurut Rifki, berkisar 15-30 tahun. "Ada anak band, pekerja, mahasiswa hingga ibu rumah tangga," ujar Rifki. Dia mendengar rupa-rupa alasan yang dilontarkan peserta ikhwal rajahnya. "Macam-macam pengakuannya. Mengaku ditato gara-gara pergaulan, faktor lingkungan, keretakan rumah tangga orang tua, dan lainnya," kata Rifki. "Tato dilarang dalam Islam. Nah, pemahaman mereka tentang Islam itu minim. Mereka hijrah dan hapus tato itu juga banyak alasannya, misalnya malu oleh anaknya, lalu ada yang mau nikah, ingin mudah cari kerja."

Ada banyak orang seperti Deby. Mereka ingin menghapus tato setelah makin dekat dengan ajaran Islam. Baca kisah mereka selengkapnya di DetikX, Jalan Hijrah Dari Rajah

(bbn/sap)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads