Dunia pencak silat mendapat perhatian kalangan elite sejak dulu. Presiden Sukarno pernah menggelorakan pencak silat di panggung nasional. Menurut Sukarno, pencak silat penting dilakukan oleh setiap generasi, terutama generasi muda, karena melatih kebugaran fisik. Hal ini disuarakan oleh Sukarno pada zaman Jepang. Sukarno sering berkeliling Indonesia untuk melihat perkembangan seni pencak silat.
"Bung Karno pernah pula diundang untuk melihat kompetisi pencak silat yang diorganisasi tentara Jepang. Bahkan ia selalu asyik menyaksikan dua kawannya, Chairul Saleh dan Sri Bimo Ariotedjo, berlatih silat," kata Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Hasto Kristiyanto, Minggu, 2 September 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Zakaria, pemain pencak silat, pernah membawa DKI Jakarta mendapatkan medali emas pada PON ke-2 pada bulan Oktober 1952. Sebagai peraih medali emas dari cabang pencak silat, ia pun pernah dipanggil Sukarno ke Istana untuk memperagakan kebolehannya," ujar Hasto.
Puncak perhatian Bung Karno terhadap pencak silat terjadi 1957. Saat itu pencak silat menjadi salah satu bagian dalam misi kebudayaan ke Eropa. Pemain pencak silat kala itu adalah Abdul Wahab, Rosidi, Jumali, dan Suhada. Misi-misi kebudayaan Indonesia dianggap sebagai suatu bentuk ekspresi rasa percaya diri dan kebanggaan nasional saat itu.
"Dengan demikian, kemenangan pencak silat adalah reinkarnasi dari semangat Bung Karno tersebut. Pencak silat adalah ekspresi rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap kebudayaan bangsa," katanya.
Ulasan selengkapnya dapat Anda baca di detikX edisi Senin, 3 September 2018. (irw/irw)