Pantauan detikcom, para pengemis lintas usia ini biasanya mendatangi kedai kopi yang ramai pengunjung mulai siang dan sore hari. Mereka kemudian masuk dan menaruh amplop yang dibawa di meja-meja pengunjung. Setelah itu, mereka keluar sebentar dan masuk lagi untuk mengutip amplop tersebut.
Di amplop putih yang mereka bawa lengkap dengan stempel. Salah satunya bertulisan "mohon bantuan fakir miskin atau hamba cacat Desa Matang Bayu, Aceh Utara".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para mengemis model amplop ini memang tidak memaksa pengunjung kedai kopi. Bukan hanya orang dewasa, beberapa pengemis dengan modus ini juga dari kalangan anak-anak.
Selain itu, ada model pengemis yang datang dengan menengadahkan tangan ke pengunjung. Biasanya ada yang datang sendirian atau berdua. Di salah satu warung kopi di wilayah Kuta Alam, Banda Aceh, ada juga pengemis yang awalnya berceramah, kemudian meminta-minta sumbangan kepada pengunjung.
Para pengemis, baik pria maupun wanita, biasa beroperasi di warung kopi di kawasan Lampineung, Kuta Alam, dan beberapa lokasi lain. Mereka bahkan ada yang bekerja hingga malam hari. Beberapa pengemis ada yang membawa anak kecil.
"Kami akan berupaya semampu kami guna pengawasan dan penertibannya demi kenyamanan bersama. Informasi ini akan saya sampaikan ke rekan-rekan SKPD teknis, yakni Dinsos dan Satpol PP/WH," kata Kabag Humas Setdako Banda Aceh Taufik Mauliansyah saat dimintai konfirmasi detikcom, Senin (3/9/2018). (rvk/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini