Kisah Pengungsi Gempa Lombok yang Melahirkan di Tenda Darurat

Kisah Pengungsi Gempa Lombok yang Melahirkan di Tenda Darurat

Harianto Nukman - detikNews
Senin, 03 Sep 2018 14:12 WIB
Foto: warga di lokasi tenda pengungsian (Hary-detik)
Mataram - Akibat adanya gempa bumi yang beruntun terjadi di Bulan Agustus lalu mengguncang Lombok selama lebih dari ribuan kali, ibu-ibu pengungsi yang sedang hamil menjalani masa persalinannya di tenda pengungsian dengan proses seadanya.

Demikian yang terjadi pada diri Ibu Fitriani (23). Ia harus menjalani persalinan dengan dibayangi kekhawatiran guncangan bumi yang terus menerus terjadi.

Dari keterangan yang didapat detikcom, persalinannya dibantu oleh Bidan Sifa'iyah. Fitriani melahirkan anak keduanya di tenda darurat milik Puskesmas Penimbung. Puskesmas ini berada di wilayah Kecamatan Gunungsari yang membawahi enam desa. Seperti diketahui kecamatan ini paling terdampak di wilayah Lombok Barat (Lobar).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Tak heran jika Presiden Jokowi memilih kecamatan ini sebagai salah satu lokasi kunjungannya ke Lombok pada Minggu (2/8) untuk memberikan bantuan dsna bagi warga penyintas gempa. Bukan hanya itu, bersama warga Jokowi juga nonton bareng penutupan Asian Games dan menginap di tempat ini.

Dengan diantarkan suaminya, Ari Susanto (34), Fitriani melahirkan tepat pada pukul 03.30 di Hari Jum'at Tanggal 17 Agustus 2018 lalu.

Kisah Pengungsi Gempa Lombok yang Melahirkan di Tenda DaruratFoto: warga di lokasi tenda pengungsian (Hary-detik)


Ia melahirkan seorang bayi perempuan dengan berat 3 kg dan panjang 50 cm. Bayi itu adalah anak kedua dari pasangan Ari-Fitri yang oleh keduanya diberi nama Cantika. Bayi itu cantik secantik namanya.

Kini bayi itu harus hidup di bawah buaian sang ibu di bawah tenda pengungsian. Bersama ayah, kakak, dan para tetangga lainnya. Cantika kecil harus mendiami tenda terpal ukuran 2,5 x 6 meter.

Saat ditemui di Pos Pengungsian Desa Gelangsar, bayi itu sedang menangis kedinginan. Suara lengkingan kerasnya memaksa sang ibu untuk membaluti tubuh mungilnya dengan kain sarung seadanya.



Menurut Kepala Desa Gelangsar, Abdurrahman, setidaknya ada lima bayi yang lahir di tenda dan saat ini terpaksa hidup seadanya di pengungsian.

"Rumah mereka sudah hancur. Awalnya cuma rusak ringan, tapi gempa yang terakhir pada Minggu (19/8/2018) membuat rumah mereka hancur," tutur Abdurrahman.

Di Desa Gelangsar, paling sedikit 821 rumah rusak akibat gempa. Rumah-rumah tersebut sudah tidak mungkin mereka perbaiki seadanya lagi karena rusak berat. Sisanya kurang dari seribu rumah masih bisa diperbaiki karena hanya rusak ringan atau sedang.

Hal tersebut terkuak saat Bupati Lombok Barat, Fauzan Khalid mengunjungi pos pengungsian di bawah bukit itu. Ia hadir sambil membawa beberapa buah tangan yang dibutuhkan para pengungsi.

Cantika dengan 4 bayi lainnya di Desa Gelangsar tidak sendirian. Ada 6.119 bayi lainnya saat ini terpaksa mendiami tenda-tenda terpal yang dibangun orang tuanya dengan seadanya. Angka tersebut menjadi lebih besar lagi bila diakumulasi dengan jumlah balita yang sebanyak 25.290 balita.

Angka itu akan semakin bertambah karena saat ini menurut data Dinas Kesehatan Lobar, ada 3.510 ibu hamil yang sedang mengungsi.

Kondisi tersebut membuat Bupati Lobar sangat prihatin.

"Ini salah satu alasan kenapa kita butuh huntara (hunian sementara)," ujarnya sambil sedikit mengeluhkan respons pemerintah terhadap usulannya tentang huntara yang belum segera diterima warganya.

"Bayi-bayi ini yang paling rentan terhadap cuaca," kata Fauzan. (rvk/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads