"Bimbingan Ibadah setelah puncak haji ditujukan untuk menjaga kontinuitas ibadah. Ritme ibadah jemaah jangan sampai turun," kata Konsultan Ibadah Kantor Urusan Haji Daerah Kerja Makkah, Arab Saudi, Aswadi usai memberikan visitasi Bimbingan Ibadah kepada jemaah di Safwa Al Mansy Hotel 1, Misfalah, Makkah, Arab Saudi, Sabtu (1/9/2018).
Menurut Guru Besar Ilmu Tafsir Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Jawa Timur, mengatakan, tujuan akhir berhaji ialah untuk menggapai kemabruran. Tak cukup sampai di situ, harus ada kesinambungan pasca ibadah haji di Arab Saudi.
"Jika sebelumnya ibadahnya kendur, maka setelah ibadah haji harus meningkat. Jika sebelumnya hanya peduli kepada diri sendiri, maka setelah berhaji harus peduli kepada orang lain," jelas Aswadi.
Dalam penyampaian bimbingan, selain soal menjaga kontinuitas ibadah dan menjaga kemabruran, Aswadi bersama Prof Muhammad Atamimi juga membekali jemaah yang akan berangkat ke Madinah. Misalnya, pelaksanaan salat Arbain (salat berjamaah 40 waktu di Masjiril Haram) dan berbagai ziarah di Kota Nabi.
Terpisah, Konsultan Ibadah Sektor XI, Mukhtar Solihin, mengatakan, ada sejumlah indikator kemabruran. Pertama, kata dia, niat haji dengan tulus ikhlas karena Allah SWT.
"Tidak sum'ah (ingin didengar), tidak riya/pamer, dan tidak untuk menonjolkan diri agar dihormati," kata Guru Besar Ilmu Tasawuf UIN Sunan Gunung Djati.
Kedua, lanjutnya, biaya haji (BPIH) yg digunakan dari usaha/kerja yg halal. Ketiga, ibadah hajinya dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Alquran dan sunnah. Keempat, sambungnya, sejak berniat ihram dan selama ibadah haji tidak melakukan maksiat dan pelanggaran/larangan ihram.
Adapun yang kelima, setelah selesai melaksanakan haji ada perubahan/peningkatan amaliah (ibadah) dari pada sebelum haji. (fjp/jbr)