Herlia Wirasupana, jemaah haji berusia 70 tahun ini sebelumnya sudah dua kali naik haji. Pensiunan dokter puskesmas di Bandung ini membandingkan pelayanan dari tahun-tahun sebelumnya.
"Pertama tahun 1992, lalu 2005 dan sekarang 2018," ujar Herlia di Mekah Selasa (28/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua kali berhaji sebelumnya, ia diberangkatkan sebagai petugas kesehatan yakni Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI).
"Tahun ini pelayanan yang diberikan luar biasa. Pertama kali dulu tahun 1992 kami masih tidur di lantai, 2005 sudah ada kasur tipis, dan sekarang kasurnya empuk. Katering sangat memadai, enak dan higienis," katanya.
Sementara pelayanan kesehatan, menurutnya juga memuaskan. Apalagi ada klinik mandiri dari Indonesia yang ada di Mekah dan Madinah.
"Bagus, di tiap kloter, sektor hingga Makkah dan Madinah ada klinik kesehatannya, bagus," terangnya.
"Memang yang perlu dibenahi di Mina, kami berdesak-desakan, tapi ya kondisinya sementara seperti itu," ujarnya saat ditanya pelayanan apa yang mesti ditingkatkan.
Hal senada disampaikan jemaah asal Kendal, Purwadi dan Sutiyem. Pasutri asal Kendal, Jawa Tengah, yang tergabung dalam Kloter 84-SOC ini merasa puas dengan layanan yang didapat.
![]() |
"Enak, Mas, mantap!" ujar Purwadi dan Sutiyem kompak, Senin (27/08) malam di kawasan Mahbas Jin, Makkah.
"Hotelnya juga mewah, sangat baik," imbuh Purwadi. Bahkan, bapak empat anak ini menilai petugas cukup cekatan ketika ada keluhan dari jemaah. "Kemarin saat layanan katering dihentikan, kami dipinjami alat masak," tutur Sutiyem.
Maklum, karena kondisi Makkah yang sangat padat pekan lalu, katering dan transportasi bus salat lima waktu (salawat) di Mekah memang dihentikan sejak H-3 hingga H+2 fase Armina. "Tapi kami malah bisa memasak sesuai selera," tambah Sutiyem. (fjp/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini