Awalnya Nanto mengaku mendapat tawaran membuat meja dan rak untuk buah yang akan ditempatkan di lokbin Blok A Pasar Minggu. Nanto mengaku tertarik, apalagi pihak yang menawarinya menyebut dana proyek sudah disiapkan.
"Saya dapat tawaran pekerjaan. Kebetulan dia (yang menawarinya) itu drafter-nya OK OCE. Kemudian diperkenalkanlah saya sama kontraktornya OK OCE, Hirata. Itu kantornya di Pasar Minggu. Kemudian dia bilang ini ada pekerjaan di lokbin Pasar Minggu. Dia bilang, 'Bapak mau ikut nggak?'. Saya bilang, 'boleh deh'. Tapi pertama saya tanya dulu, pembayarannya bagaimana? Terus dia bilang, 'pembayarannya sudah disiapkan dengan Bank DKI'," kata Nanto saat dimintai konfirmasi detikcom, Kamis (30/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nanto sama sekali tak mengira pekerjaan itu bermasalah. Sebab, ada sistem pembayaran yang jelas dan DP yang diminta Nanto pun cair. Nilai pekerjaan Nanto mencapai Rp 360 juta dengan uang muka 20 persen.
"Jadi, begitu nanti 21 hari kerja, setelah peresmian, kita urus berita acara serah-terima dan sebagainya, (anggaran) cair, nanti dibayar ke vendor, baru ke kita. Ya sudah kalau pembayaran jelas, saya maju," terang Nanto.
Nanto diminta menyelesaikan pekerjaannya selama 1 bulan sebelum diresmikan Sandiaga Uno, yang saat itu masih menjadi Wakil Gubernur DKI pada 21 April 2018. Menurutnya, ada beberapa pihak yang bertanggung jawab terhadap revitalisasi lokbin Blok A Pasar Minggu.
"Karena lokasinya di Dinas UMKM Jakarta Selatan. Terus ada juga orang OK OCE, Pak Suci Tariana. Dia Ketua OK OCE. Terus kita meeting-kan, dan ada sudin (suku dinas), OK OCE juga yang terlibat," terang Nanto.
"DP masuk, kami kerjakan. Kita bikin sesuai pesanan, meja buah untuk di dalam lokbin sama rak buah, kurang-lebih ada 170. Mulai pengerjaan itu 1 bulan sebelum peresmian," imbuhnya.
Singkat cerita, lokbin akhirnya diresmikan Sandiaga. Nanto pun mulai mengumpulkan berkas-berkas untuk pencairan dana. Namun, meski sudah satu bulan setelah peresmian, sisa pembayaran belum juga cair.
"Setelah peresmian, kita tagih, kita masukin administrasi dan sebagainya, berita acara serah-terima dan sebagainya. Mulai dari situ terlihat kejanggalan dari kontraktor. Selama 21 hari kerja mereka belum, 'Ntar dulu, Mas, dananya belum masuk'. Satu minggu kita mundurin lagi, dananya belum ada juga," imbuh Nanto.
Usut punya usut, ternyata Bank DKI tak pernah menyiapkan anggaran untuk revitalisasi lokbin tersebut. Nanto pun tambah kaget karena tidak ada satu pun pihak yang mensponsori revitalisasi lokbin.
"Setelah 1 bulan, pembayaran nggak jelas, kita mulai investigasi. Sebenarnya proyek ini proyek apa, inisiasi dari siapa, sih? Ternyata ini proyek sponsorship. Kan dari awal bilangnya sudah di-backup dari Bank DKI. Proyek sponsorship itu kalau sponsornya bayar, baru Bapak dibayar," ujar Nanto.
Tak hanya Nanto, ada lima vendor lain yang bernasib serupa. Menurut Nanto, ada dua pihak yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini, pertama dari pihak kontraktor Hirata dan OK OCE.
"Yang dari Hirata itu Pak Rahmat, dari OK OCE Suci Tariana. Hirata dengan Pak Suci sebenarnya (yang harus tanggung jawab)," terang dia.
Nanto bersama lima vendor lainnya hingga kini masih menunggu iktikad baik dari pihak Hirata dan OK OCE meskipun hingga kini tagihan mereka belum cair. Mereka mengaku belum berencana melaporkan kejadian tersebut ke polisi.
"Kita masih tunggu iktikad baik. Karena kalau kita lapor polisi, kita kehilangan banyak. Belum kalau mereka dipenjara, duit kita hangus," kata Nanto. (zak/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini