Diskusi Ratna Sarumpaet Ditolak di Babel karena Bahas Ganti Presiden

Diskusi Ratna Sarumpaet Ditolak di Babel karena Bahas Ganti Presiden

Herianto Batubara - detikNews
Sabtu, 25 Agu 2018 12:46 WIB
Sejumlah warga menggelar demo menolak diskusi #2019GantiPresiden oleh Ratna Sarumpaet cs. (Deni Wahyono/detikcom)
Jakarta - Polisi menolak memberikan izin acara diskusi yang dihadiri Ratna Sarumpaet, Rocky Gerung, hingga Marwan Batubara di Bangka Belitung. Izin tidak diberikan karena acara itu membahas ganti presiden 2019.

"Soalnya, itu kan... brosurnya sudah lihat, belum? Temanya sudah lihat? Temanya tidak hanya itu (ganti presiden), bahasanya mutlak (ganti presiden)," kata Kabid Humas Polda Kepulauan Bangka Belitung AKBP Abdul Munim saat dihubungi detikcom lewat telepon, Sabtu (25/8/2018).

Dari brosur yang diterima detikcom dari AKBP Abdul Munim, diskusi itu merupakan bagian dari roadshow Gerakan Selamatkan Indonesia (GSI) 2018. Acara bertema 'Selamatkan Indonesia: Ganti Presiden & Kembali ke UUD 1945, Mutlak'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Acara dijadwalkan digelar di Warung Umah Ubi Atok Kulop, Pangkalpinang, Sabtu (25/8) pukul 13.30-17.00 WIB. Akan hadir sebagai pembicara Ratna Sarumpaet, Rocky Gerung, hingga Marwan Batubara.

Diskusi Ratna Sarumpaet Ditolak di Babel karena Bahas Ganti PresidenBrosur acara diskusi Ratna Sarumpaet cs di Babel (Foto: dok. Polda Babel)

AKBP Abdul Munim menegaskan acara ini tidak mendapatkan izin dari kepolisian. Acara diskusi bertema ganti presiden 2019 ini, menurutnya, juga mendapatkan penolakan dari sejumlah kelompok masyarakat, ormas, hingga LSM. Dikhawatirkan akan ada gesekan di masyarakat jika acara diskusi tersebut berlangsung.

Menurutnya, penolakan terhadap diskusi itu juga terjadi karena adanya kata 'mutlak' ganti presiden dalam brosur yang disebar yang dianggap sebagai pemaksaan kehendak.


Ditambahkan AKBP Abdul Munim, polisi bertugas menjaga situasi tetap kondusif. Karena itu, mereka tidak memberikan izin terhadap acara ini agar tidak terjadi gesekan di masyarakat yang bisa merugikan semua pihak.

"Undang-undangnya sudah jelas, bunyinya pemilihan presiden. Jadi pilpres, bukan pergantian presiden. Siapa pun nantinya yang terpilih, seluruh masyarakat Indonesia harus mendukung, siapa pun yang terpilih. Jangan sampai memaksakan kehendak," ucapnya.



Tonton juga video: 'Fahri Hamzah Bela Ratna yang Cekcok dengan Luhut'

[Gambas:Video 20detik]

(hri/idh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads