Di Mina, jemaah haji harus berjalan kaki dari perkemahan untuk menuju ke Jamarat, tempat melakukan lempar jumrah. Jarak antara tenda perkemahan dengan jamarat sekitar 3-5 km. Jemaah harus menempuh perjalanan pulang pergi.
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya dan tahun ini, banyak jemaah tumbang di rute ini. Hal tersebut di antaranya disebabkan jemaah yang sebelumnya sudah kelelahan sejak di Arafah dan Muzdalifah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menag Lukman Hakim Saifuddin mengatakan apabila memang nantinya disimpulkan diperlukan penguatan atau penambahan petugas, maka itu diperlukan di titik-titik yang ada di rute tersebut.
"Kalau perlu penambahan itu di rute yang dilalui jemaah dari tenda Mina ke Jamarat. Karena banyak jemaah yang mengalami kelelahan dan gangguan kesehatan," ujar Lukman di kantor Daker Mekah, Syisyah, Jumat (24/8/2018).
Lukman yang juga merupakan amirul hajj Indonesia ini menyampaikan hal tersebut, menjawab wacana mengenai perlunya penambahan petugas haji untuk memaksimalkan pelayanan kepada jemaah. Khusus untuk penambahan petugas itu, menurut Lukman, perlu menunggu hasil evaluasi dari pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji tahun ini.
"Kita tunggu evaluasinya dulu seperti apa. Namun usulan seperti ini akan kita tampung untuk kita cermati. Kita juga perlu memperhatikan rasio petugas haji kita dengan jumlah jemaah haji kita yang begitu banyak yakni total 221 ribu," ujar Lukman.
Untuk tahun ini, kerawanan di rute tersebut sebetulnya sudah bisa ditekan dengan hadirnya tim Mobile Crisis Rescue (MCR). Tim yang terdiri dari gabungan divisi petugas haji ini mampu memberikan pertolongan pertama kepada jemaah haji yang mengalami gangguan kesehatan. Dengan begitu, pertolongan kepada jemaah tak perlu semuanya dilakukan di posko kesehatan yang ada di tenda. (fjp/jbr)