"Kita campaign-nya kita mem-booking satu tempat untuk memasang pesan, hashtag-nya adalah #WeBreatheTheSameAir. Jadi kita menghirup udara yang sama. Kenapa? Karena kita bisa melihat dari angka kualitas udara dari satu bulan ini bahwa dari 1 bulan ini, 22 harinya itu kebanyakan tidak sehat. Jadi kita cari data dari US Embassy, kalau bicara data PM 2.5 itu ada data dari stasiun US Embasssy yang bisa di-download, itu bisa download bahkan dari tahun 2015. Kita bisa rekap ternyata di Jakarta dari 2 stasiun itu, kita bisa bilang sebulan terakhir, 22 harinya tidak sehat," kata Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (21/8/2018).
PM 2.5 yang dimaksud adalah Partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer). Menurutnya, angkat PM2.5 ini belum masuk dalam pengukuran Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang diterapkan di Indonesia. Akibatnya, sering terjadi perbedaan pendapat antara pemerintah dengan pihak lain yang melakukan pengukuran kualitas udara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun mengingatkan soal dampak tidak sehatnya kualitas udara terhadap para atlet Asian Games. Bondan menilai para atlet rentan terpapar polusi udara karena aktivitas fisik yang dilakukan.
"Siapapun akan terpapar polusi udara itu ada dalam udara yang kita hirup terutama PM 2.5-nya. Nah bicara soal atlet, karena atlet ini dia punya kerja jantung yang lebih dibandingkan orang yang tidak olahraga, pastinya akan cenderung lebih terpapar polutan lebih tinggi ketimbang kita yang tidak olahraga, karena jantungnya kerja lebih banyak. Sehingga ketika polusi udara itu ada di sekitar si atlet, otomatis si atlet itu akan terpapar lebih banyak. Makanya concern-nya akan sangat tinggi," ucapnya.
Tonton juga video: 'Potret Keseruan Agustusan di Situbondo dan Kampanye Kali Bersih'
(haf/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini