Ditemui di rumahnya di Dusun Gondosari, Desa Tamansari, Kecamatan Wuluhan, Jember, ia menunjukkan tongkat komando yang disebutnya juga milik Sukarno. Dia menceritakan, tongkat itu sebelumnya terjatuh ketika bung Karno hendak melawat ke luar negeri.
"Terjatuh di bandara. Nggak ada yang kuat ngambil, akhirnya saya ambil. Waktu baginda pulang, saya kasihkan, ternyata malah saya disuruh bawa, ya saya bawa sampai sekarang," kenang pendiri padepokan Songgo Wijoyo ini kepada detikcom, Kamis (16/8/2018).
![]() |
Benda-benda pemberian Sukarno itu, hingga saat ini masih dia rawat dan disimpan. 'Supriyadi' bertekad tidak akan menjual benda yang menurut dia sangat bersejarah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mengaku dekat dengan presiden pertama RI Sukarno.
"Belau memanggil saya Surajo," kata kakek yang mengaku berusia 118 tahun ini.
Komunikasi dengan Bung Karno, menurut dia dilakukan dengan dua cara, yakni fisik dan nonfisik. Nonfisik maksudnya komunikasi yang dilakukan melalui hubungan batin atau supranatural.
"Kan sering itu ada kursi kosong di samping bung Karno, itu saya yang duduk di situ," ungkapnya.
![]() |
Karena kedekatannya itu, ada dua benda yang dititipkan bung Karno kepadanya. Dua benda itu yakni pin kepresidenan dan tongkat komando.
Pin kepresidenan dia terima dari Bung Karno saat presiden pertama RI itu sakit.
"Bintang gini ada pitanya gini milik Bung Karno. Disuruh menyimpan dan tidak boleh dijual. Terbuat dari emas," kata sang kakek sambil menunjukkan pin kuning keemasan berbentuk bintang.
Tonton juga video: 'Heroisme Sukiyarno, Tentara PETA dan Misteri Hilangnya Supriyadi'
(asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini