"Banyak merantau ke Malaysia dan mereka tak kembali lagi. Mereka menjadi warga negara sana. Tapi sebagian lagi warga Riau juga bekerja romusa," kata pakar sejarah Riau, Prof Suwardi MS dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (14/8/2018).
Sisa lokomatif peninggalan Jepang, juga masih terdapat di bagian belakang rumah warga di Jl Tanjung Medang, Tanjung Rhu. Detikcom pernah melihat lokomatif ini persis di dapur warga. Sayangnya, bukti sejarah itu teronggok dan terbaikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tugasnya membuka hutan, meratakan bukit yang lembah diratakan. Jadi pekerja dari Jawa kerjanya paling keras," kata Harvian.
Kalah perang dunia kedua, Jepang juga mempekerjaan orang Eropa yang ada di Sumatera. Pemerintah Jepang kala itu mengangkut orang-orang Eropa dari Sumbar. Warga Eropa yang dibawa ke Riau lewat jalan darat dengan perjalanan dua hari dua malam.
"Mereka itu semua sipil, ada warga Belanda, Jerman, Australia, New Zealand, sebagian kecil Cina. Jadi karena pemerintah Jepang berkuasa kala itu, semua orang asing di Sumbar dan Riau dipekerjakan di pembangunan rel kereta api," kata Harvian.
Jumlahnya diperkirakan ada 10 ribu orang Eropa. Hanya saja, mereka ini lebih dipekerjaan soal teknisi. Mereka tidak ikut dalam membuka hutan untuk rel kereta api. Pekerjaan orang-orang Eropa ini sedikit lebih ringan dibanding pekerja romusa dari Jawa.
Untuk posisi orang Riau sendiri, biasanya mereka diberikan pekerjaan untuk mencari komsumsi untuk orang Jepang. Ada sebagian lagi sebagai penerjemah dari bahasa Indonesia ke bahasa Jepang.
Salah satu warga Riau jadi penerjemah adalah, Muhammad Syafi'i yang awalnya dari Payakumbuh, yang menetap di Riau. M Syafi'i ini adalah ayah dari Inu Kencana Syafi'i mantan dosen IPDN.
Sejumlah kepala desa, juga dilibatkan dalam memenuhi kosumsi orang-orang Jepang. Walau Jepang dianggap kejam, namun mereka akan tetap memberikan hadiah bagi Kades yang bisa memenuhi kuota logistik mereka.
"Ada juga Kades yang memenuhi kuota logistik untuk Jepang, diberi hadiah liburan ke Singapura. Jadi walau Jepang dianggap keras, namun mereka tetap komit bila ada kades berhasil memenuhi logistiknya, tetap diberikan hadiah," kata Harvia.
Derita 3,5 tahun dijajah Jepang ini, baru berakhir ketika Jepang takluk oleh Sekutu. Derita itu pun berakhir.
Sayangnya, kereta api yang sudah dibangun bertaruh nyawa pasca kemerdekaan Indonesia tak lagi digunakan. Bentangan besi rel kereta api itu kini hanya sekedar cerita semata. Riau hingga kini, tak lagi punya jaringan kereta api.
Tonton juga video: 'Menelusuri Jejak Jembatan, Jalur, dan Stasiun Rel Peninggalan Belanda'
(cha/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini