"Kita bisa ingatkan sekali-dua kali, tapi kalau melanggar ya harus kita lakukan tindakan yang sangat represif gitu. Karena ini membahayakan pengguna trotoar, yaitu pejalan kaki, yang ingin kita muliakan," kata Sandi di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (8/8/2018).
"Ya mungkin salah satunya dicabut bannya atau diangkat sekaligus motornya suruh dia jalan kaki," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Push-up itu nggak represif. Kurang. Kalau menurut saya push-up itu, oke satu atau dua (kali). Tapi kalau berkali-kali ya suatu yang paling akan diingat kalau ada dampak moneter kepada dia. Misalnya kalau motornya diambil atau dia didenda Rp 500 ribu atau Rp 1 juta, dia akan berasa," terang Sandi.
Selain itu, Sandi mengatakan akan menggalakkan bulan tertib trotoar. Menurutnya, menjelang Asian Games 2018, penertiban trotoar dari pemotor dan PKL perlu dilakukan.
"Kita akan galakkan lagi. Ini jadi momentum, sekarang kita punya etalase sepanjang 6 km lebih, ini jadi momentum kita Asian Games untuk menertibkan. Bukan hanya bulan, tapi tahun dan seterusnya bahwa kita harus tertib menggunakan trotoar kita," katanya.
Penertiban trotoar juga dilakukan untuk mendukung fasilitas penyandang disabilitas. Menurutnya, jika pemotor terus menyerobot trotoar, jalur untuk disabilitas mudah rusak.
"Yang kuning untuk penyandang disabilitas itu terbentuknya kan dari plastik dan itu sangat dirasakan oleh kaki teman-teman penyandang disabilitas tunanetra. Itu kalau dijalanin sama motor rusak itu, pecahnya cepet," ujar Sandi.
"Dan tolonglah pikirkan orang lain dulu. Kenapa harus pikirkan diri sendiri. Mau cepet-cepet gitu, tapi melanggar lalin. Kita ini bagian dari metropolis, kalau masyarakat nggak berubah, ya mau dibangun infrastruktur secanggih apa pun juga nggak akan bisa sukses," sambungnya.
Tonton juga 'Rasain! Pemotor yang Pukul Pejalan Kaki di Trotoar Bakal Ditindak':
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini