"Kami mencoba menjangkau seluruh pengungsi. Jumlah pengungsi di Kecamatan Tanjung kurang lebih 1.867 orang, Kecamatan Pemenang kurang lebih 2.745 orang, Kecamatan Gangga kurang lebih 2.738, Kecamatan Bayan kurang lebih 2.475 orang dan Kecamatan Kayangan kurang lebih 1.593 orang," kata Asisten Kapolri bidang SDM, Irjen Arief Sulistyanto, kepada detikcom, Rabu (8/8/2018).
Baca juga: Melihat Anak-anak Pengungsi Gempa Lombok |
Arief menuturkan para psikolog melakukan pertolongan pertama kepada para korban untuk memulihkan trauma mereka atas bencana yang mereka alami. Para psikolog juga akan mendampingi para pengungsi hingga kondisi psikologi mereka stabil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabag Psikologi Biro SDM Polda NTB, Kompol Arief Hidayat menjelaskan para psikolog berasal dari Polda NTB, Mabes Polri, Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) NTB dan Bali. "Dari Polda 9 orang, Himpsi NTB 6 orang, Mabes 5 orang, Himpsi Bali 2 orang. Kami bergabung di lapangan, kami bagi tim," jelas Kompol Arief dikonfirmasi terpisah.
"Mereka ini masih trauma terhadap guncangan gempa susulan yang meskipun skalanya kecil. Mereka khawatir, was-was terhadap gempa kecil susulan itu," sambung dia.
Kompol Arief menerangkan pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk para korban sejauh ini adalah mendengarkan cerita, memberikan konseling. Sementara itu para psikolog mengadakan permainan serta membacakan cerita untuk korban anak-anak.
"Kita lebih mendengarkan keluhan mereka, kami tidak masuk terlalu dalam dulu. Kami menyentuh ke korban baik orang dewasa dan anak-anak. Kita memulihkan traumanya mereka agar bisa kehidupannya berjalan normal kembali kemudian anak-anak kembali bermain," tutur Kompol Arief.
Arief menyampaikan hasil pendampingan psikologi baru bisa dilihat setelah tiga pekan pascagempa. "Status trauma baru bisa kita tetapkan sekitar tiga pekan pascagempa," terang Kompol Arief.
Foto: Dok. istimewa |
Pertolongan pertama, tambah Kompol Arief, juga dilakukan dengan mendistribusikan logistik yang dibutuhkan para korban di pengungsian.
"Untuk anak-anak, karena mereka masih usia 2, 3 tahun, SD, kita menggunakan sarana buku menggambar, minuman susu, mainan anak. Kami ajak bermain, kami memberikan dongeng ke mereka. Kami ajak mereka bergembira supaya mereka lupa dengan rasa takut dan ketegangan," ungkap Kompol Arief.
"Kemarin kita bertemu korban pengungsi yang anak balitanya hidrosefalus di posko polsek Pemenang. Ketika kami ajak bercerita, orang tuanya bercerita ttg putranya. Kemarin saya langsung koordinasikan ke Bidokkes Polda untuk melakukan pemantauan kesehatan awal dan penanganan terhadap anak ini," tutup Kompol Arief.
Tonton juga video: 'Kisah Perjuangan Warga Lombok Selamatkan Diri dari Reruntuhan'












































Foto: Dok. istimewa