"Masih pencarian anaknya. Kita cari di rumahnya dan dia tidak ada di rumahnya," kata Kapolsek Tallo Kompol Amrin AT saat berbincang dengan detikcom, Selasa (7/8/2018).
Dalam penyilidikan ini terungkap bila siswa SD itu memerintahkan anak buahnya menjual sabu Rp 200 ribu/paket. Dari harga itu, anak buahnya mendapatkan Rp 100 ribu. Nah, siswa SD itu akan mendapatkan keuntungan dari harga grosir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Anak SD Jadi Bandar Sabu, Salah Siapa? |
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPA) Makassar kaget mendengar keterlibatan pelajar SD menjadi bandar sabu. Pihaknya menilai kejadian ini ada pembiaran dari orang tua.
"Kami juga kaget mendengar adanya seperti itu, kenapa bisa pelajar SD jadi bandar sabu. Pasti ada pembiaran dari orang tuanya bahkan ikut terlibat," kata
Kepala Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak DPPA Kota Makassar, Achi Soleman.
Ada pun Wali Kota Makassar, Ramdhan Danny Pomanto menyebut peran ibu di rumah tangga penting untuk menjaga anak.
"Jadi memang itulah kita ada program 'Jagai Anakta' yaitu anak dijaga di rumah, di sekolah, dan terjaga di ruang publik," kata Danny.
Penjagaan di rumah diserahkan kepada ibu. Ibu dianggap dapat mengerti kondisi anak dan memantau langsung perkembangan anak. Sementara di sekolah, peran penjagaan diserahkan kepada para guru.
"Kalau di publik kan ada tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat itu sendiri umumnya," ucap Danny.
Peredaran narkoba ini mengingatkan pada banyaknya gembong narkoba yang tidak kunjung diekusi mati. Jaksa Agung HM Prasetyo selalu berkilah kala ditanya ekskeusi mati.
"Kita tinggal menunggu waktu yang tepat untuk mengeksekusi," kata Prasetyo pada Mei lalu.
Tonton juga video: 'BNN Musnahkan 31 Kg Sabu'