"Ada 5 saf (yang salat), 1 saf 50-an orang. Jadi saat itu saya di saf ketiga, begitu tahiyat awal kita bangkit. Saat bangkit ada getaran, lampu mati, itu kita akan rukuk tapi imam itu nggak jadi rukuk karena getaran itu luar biasa," kata Syarafudin saat ditemui di lokasi, Dusun Karang Pangsor, Pamenang, Lombok Utara, Selasa (7/8/2018).
Syarafudin mengatakan saat itu dia bersama jemaah lain bingung mencari jalan keluar. Dia sempat tak bisa keluar karena berdesak-desakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Saat berhasil keluar, Syarafuddin pun merasa mendapat keajaiban. Dia melewati pintu selatan masjid saat getaran gempa berhenti sejenak.
"Itu keajaiban, saat saya ndak dapat bagian, yang keluar duluan sudah tertimpa. Saya lihat kubah sudah oleng. Saya istigfar, berhenti sejenak gempa itu. Ada pintu selatan yang terbuka, saya ajak semua keluar, tapi hanya sebagian yang bisa. Begitu saya keluar, sampailah saya di jalan raya," ujarnya.
Sejak siang tadi, proses evakuasi terus diupayakan. Satu unit ekskavator dikerahkan untuk mengangkut reruntuhan bangunan. Proses evakuasi masih dilakukan hingga pukul 18.00 Wita. (abw/jbr)