"Ya, artinya politik masih dinamis, kalau membaca apa yang terjadi di sebelah sana kan belum settle kelihatan, kalau seandainya ada partai menginginkan bergabung, tentunya masih bisa sangat terbuka," kata Sekjen PSI Raja Juli Antoni saat berbincang dengan detikcom, Rabu (1/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, Jokowi lebih dari cukup dengan dukungan 9 partai politik untuk menuju Pilpres 2019. Namun Jokowi selalu ingin merangkul.
"Pak Jokowi kan politiknya selalu merangkul, rekonsiliatif, bukan konfrontatif. Artinya, ada kesamaan gagasan, kesamaan ide platform perjuangan, kan Pak Jokowi tidak pernah menolak orang," ungkap Raja Juli.
Pendapat Raja Juli itu pun senada dengan Wasekjen PKB Daniel Johan. PAN dinilai belum menentukan koalisi sehingga terbuka peluang untuk bergabung.
Baca juga: Jokowi Masih Tunggu PAN? Ini Kata PDIP |
"Iya karena PAN kan belum memutuskan, jadi koalisi Jokowi tentu terbuka," kata Wasekjen PKB Daniel Johan.
Pertemuan kemarin malam juga menyinggung soal PAN. Partai besutan Amien Rais itu punya 1 kursi di Kabinet Kerja tapi hingga kini belum menentukan secara resmi akan merapat ke mana.
"Tadi malam memang ada yang menyinggung seperti itu. Pak Jokowi malah minta pendapat dari para sekjen," kata Sekjen PPP Arsul Sani di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta. Arsul menjawab pertanyaan soal posisi PAN di koalisi Jokowi.
Soal rangkul-merangkul bisa dibilang sudah diterapkan Jokowi dalam menjalani pemerintahan 4 tahun ini. Terlihat dari sejumlah partai politik yang mulanya oposan, satu per satu merapat ke Jokowi.
Jokowi, yang berpasangan dengan Jusuf Kalla, awalnya hanya didukung PDIP, PKB, NasDem, Hanura, dan PKPI di Pilpres 2014. Karena PKPI tak lolos parliamentary threshold, hanya 4 parpol yang jadi pengusungnya. Koalisi tersebut kemudian tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH).
Sementara itu, rivalnya, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, didukung Gerindra, PAN, Golkar, PKS, PPP, dan PBB. Selain PBB, 5 partai lain kemudian jadi pengusung. Mereka kemudian membentuk Koalisi Merah Putih (KMP), yang sebetulnya terbentuk lebih dulu sebelum KIH.
Waktu itu Partai Demokrat tak memilih kubu. Mereka memilih sebagai penyeimbang.
Perlahan tapi pasti, satu per satu anggota KMP jadi bagian dari pendukung Jokowi. Dimulai dari PPP, kemudian PAN, dan terakhir Golkar. Padahal Golkar awalnya didapuk sebagai koordinator KMP. (bag/elz)