Politik Merangkul ala Jokowi

Politik Merangkul ala Jokowi

Tsarina Maharani - detikNews
Rabu, 01 Agu 2018 21:02 WIB
Sekjen 9 parpol bertemu Jokowi. (Fotografer Istana Kepresidenan Agus Suparto)
Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mengantongi dukungan 6 partai politik yang punya kursi di parlemen serta 3 parpol di luar itu. Namun, dengan dukungan 9 partai politik, Jokowi tak lantas dibuat enggan membuka pintu.

"Ya, artinya politik masih dinamis, kalau membaca apa yang terjadi di sebelah sana kan belum settle kelihatan, kalau seandainya ada partai menginginkan bergabung, tentunya masih bisa sangat terbuka," kata Sekjen PSI Raja Juli Antoni saat berbincang dengan detikcom, Rabu (1/8/2018).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Raja Juli ikut dalam pertemuan para sekjen partai pendukung dengan Jokowi kemarin malam (31/8) di Grand Garden Resto & Cafe, Bogor. Pertemuan berlangsung santai sambil menyantap makan malam. Mereka pun kompak bergaya santai dengan sneakers dan kaus berkerah.

Menurut dia, Jokowi lebih dari cukup dengan dukungan 9 partai politik untuk menuju Pilpres 2019. Namun Jokowi selalu ingin merangkul.

"Pak Jokowi kan politiknya selalu merangkul, rekonsiliatif, bukan konfrontatif. Artinya, ada kesamaan gagasan, kesamaan ide platform perjuangan, kan Pak Jokowi tidak pernah menolak orang," ungkap Raja Juli.

Pendapat Raja Juli itu pun senada dengan Wasekjen PKB Daniel Johan. PAN dinilai belum menentukan koalisi sehingga terbuka peluang untuk bergabung.



"Iya karena PAN kan belum memutuskan, jadi koalisi Jokowi tentu terbuka," kata Wasekjen PKB Daniel Johan.

Pertemuan kemarin malam juga menyinggung soal PAN. Partai besutan Amien Rais itu punya 1 kursi di Kabinet Kerja tapi hingga kini belum menentukan secara resmi akan merapat ke mana.

"Tadi malam memang ada yang menyinggung seperti itu. Pak Jokowi malah minta pendapat dari para sekjen," kata Sekjen PPP Arsul Sani di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta. Arsul menjawab pertanyaan soal posisi PAN di koalisi Jokowi.

Soal rangkul-merangkul bisa dibilang sudah diterapkan Jokowi dalam menjalani pemerintahan 4 tahun ini. Terlihat dari sejumlah partai politik yang mulanya oposan, satu per satu merapat ke Jokowi.

Jokowi, yang berpasangan dengan Jusuf Kalla, awalnya hanya didukung PDIP, PKB, NasDem, Hanura, dan PKPI di Pilpres 2014. Karena PKPI tak lolos parliamentary threshold, hanya 4 parpol yang jadi pengusungnya. Koalisi tersebut kemudian tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH).

Sementara itu, rivalnya, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, didukung Gerindra, PAN, Golkar, PKS, PPP, dan PBB. Selain PBB, 5 partai lain kemudian jadi pengusung. Mereka kemudian membentuk Koalisi Merah Putih (KMP), yang sebetulnya terbentuk lebih dulu sebelum KIH.

Waktu itu Partai Demokrat tak memilih kubu. Mereka memilih sebagai penyeimbang.

Perlahan tapi pasti, satu per satu anggota KMP jadi bagian dari pendukung Jokowi. Dimulai dari PPP, kemudian PAN, dan terakhir Golkar. Padahal Golkar awalnya didapuk sebagai koordinator KMP. (bag/elz)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads