Nama Salim didorong PKS setelah menjadi salah satu cawapres rekomendasi versi Ijtimak Ulama. Fahri menyebut seharusnya PKS mengutamakan proses di kalangan internal partai, bukan pihak luar.
"Di dalam pemilihan kader, saya ikut memilih. Nomor satu Pak Aher, Hidayat, dan Pak Anis. Pak Salimnya sendiri agak bawah. Polling-nya Pak Anis 20 persen, Pak Salim cuma 1,7 persen," kata Fahri di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, (31/7).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda sikap dengan PKS, Fahri lebih memilih Anis. Menurutnya, nama Anis cukup kuat tapi pencalonannya dilarang oleh partai.
"Terus terang saya mau mengatakan di dalam kader itu yang paling kuat geloranya itu adalah Pak Anis. Cuma, Pak Anis kan dilarang, akhirnya setop teman-teman itu," ujar Fahri di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (30/7).
Fahri menyayangkan pelarangan terhadap Anis untuk bergerak soal pilpres. Padahal, kata Fahri, Anis merupakan sosok yang sepadan dengan Jusuf Kalla.
"Yang punya geliat itu, tokoh Indonesia timur yang bisa gantiin JK-lah dalam perspektif Indonesia timur itu adalah Anis Matta," jelas Fahri.
Baca Juga: Fahri: Anis Matta Dilarang Jadi Capres, Pendukungnya Diancam
Sementara itu, Salim sudah menyatakan siap mendampingi Prabowo di Pilpres. Namun ia juga meng-endorse Ustaz Abdul Somad sebagai cawapres Prabowo.
"Siap ya, kita siap," ujar Salim setelah menerima Prabowo dan rombongan Gerindra di kantor DPP PKS, Jl TB Simatupang, Jakarta Selatan, Senin (30/7).
Salim juga selalu menghadiri pertemuan antar-elite parpol penantang Jokowi. Terakhir, Salim menggelar pertemuan dengan Prabowo dan Ketum PAN Zulkifli Hasan di kediaman Maher Algadri, semalam.
Tonton juga video: 'Gerindra, PAN, dan PKS Sepakat Terima Demokrat Gabung Koalisi'
(fdu/dkp)











































