Mengungkap Makna Batik di Pertemuan SBY dan Prabowo

Mengungkap Makna Batik di Pertemuan SBY dan Prabowo

Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Selasa, 31 Jul 2018 12:45 WIB
Pertemuan SBY dan Prabowo yang pertama. (Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta - Pertemuan Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto akhirnya berbuah manis. SBY menyatakan dukungan untuk Prabowo sebagai calon presiden pada Pemilu 2019 setelah melakukan dua kali pertemuan.

Baik pertemuan pertama di kediaman SBY, Kuningan, Jakarta Selatan maupun yang kedua di kediaman Prabowo, Jl Kertanegara, Jakarta Selatan, mereka sama-sama mengenakan kemeja bermotif batik. Entah kebetulan atau tidak, rupanya ada makna khusus dalam motif batik yang mereka kenakan.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada pertemuan pertama pada Selasa, 24 Juli 2018, SBY mengenakan batik berwarna cokelat. Meski warnanya senada, motif yang dipakai Prabowo waktu itu berbeda.

"Kayaknya yang dipakai SBY motif sido mukti, yang dipakai Prabowo itu saya kurang paham, sepertinya buketan burung Phoenix. Latarnya jelas motif tretes. Tretes adalah varian motif udan liris yang maknanya kesejahteraan," kata peneliti batik sekaligus pemilik nDalem Batik Taman Lumbini, Abdul Syukur, saat berbincang dengan detikcom, Selasa (31/7/2018).

Selain itu, ada Sekjen Gerindra Ahmad Muzani yang menurut Abdul mengenakan motif batik udan liris atau rujak senthe seling. Motif rujak senthe tergolong motif tradisional pedalaman, namun yang dikenakan Muzani dipadukan dengan motif modern.



Kemudian putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengenakan motif terong rentheng. Adapun adiknya, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), mengenakan motif batik model baru.

Untuk motif sido mukti yang dikenakan SBY, menurut Abdul biasanya dipakai dalam pernikahan. Abdul menggambarkan motif yang berawalan sido (sido mulyo, sido mukti, sido drajat) berkaitan dengan fase kehidupan seseorang ketika memiliki anak yang akan menikah kemudian memakai kain bermotif tersebut.

Abdul tak mengaitkan pemaknaan motif tersebut dengan pertemuan SBY-Prabowo secara khusus. Dia menggambarkan secara umum saja.

"Ada kaitan setiap motif di dalam batik, memiliki nilai tujuannya ke luar. Misalkan saya sebagai desainer, peneliti, saya akan membuat motif batik tertentu," ujar Abdul.

Untuk pertemuan SBY dan Prabowo yang kedua pada Senin, 30 Juli 2018, batik yang dikenakan mereka berbeda. SBY memakai batik berwarna biru dan Prabowo memakai batik dengan warna aksen oranye.

"Dua batik ini adalah batik baru dengan pengerjaan yang disederhanakan. Yang dipakai Prabowo adalah batik yang gaya visualnya dipelopori oleh almarhum Iwan Tirta. Ciri khas motifnya dibuat dengan lebih besar atau tampak lebih besar dari ukuran motif klasik secara umum," kata Abdul.

Pengerjaan yang disederhanakan maksudnya adalah proses pembuatan batik yang tak lagi menggunakan malam padat. Biasanya proses ini bisa memakai malam atau lilin cair yang tak perlu dipanaskan dahulu sebelum dipakai menggambar motif.

Dia tak menjelaskan makna di balik batik dalam pertemuan kedua SBY-Prabowo ini. Menurut dia, batik dengan motif modern berbeda makna dengan motif tradisional yang sudah diwariskan turun-temurun.

"Hari ini menurut saya kurangnya tokoh, kurangnya tokoh pemerintahan memahami ulang, mengedepankan lagi makna apa di balik batik. Membuat orang-orang kita melihat dari estetikanya saja," tutur Abdul.

Motif Batik Pertemuan SBY dan Jokowi yang Sarat Makna

SBY juga mengenakan kemeja bermotif batik saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo. SBY, yang merupakan Presiden ke-6 RI, dan Jokowi mengenakan batik yang sarat makna ketika menghadiri peresmian gedung baru KPK di Jl Kuningan Persada, Jakarta Selatan, pada akhir 2015.

Batik yang dikenakan SBY dan Jokowi sarat akan makna. Batik yang dikenakan SBY dan Jokowi sarat akan makna. (Agung Pambudhy/detikcom)

"Yang dipakai Jokowi adalah motif ceplok buketan, buketan berasal dari kata bouquet: rangkaian bunga. Motif ini, sekalipun sudah lama, buah akulturasi budaya Eropa, melalui noni-noni Belanda di Tanah Air yang memproduksi batik, maka lahirlah motif varian ini. Sementara batik SBY adalah motif wayang klasik dengan latar limaran atau bilik," papar Abdul, yang meraih gelar master antropologi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Abdul menilai motif yang dipakai kedua tokoh di pertemuan tersebut cukup menarik. Motif yang dipakai keduanya sarat akan makna.

"Buketan mengajak persatuan, bersama dalam satu ikatan. Sementara tokoh wayang kita dapat bicara soal keteladanan, dan limarannya sendiri adalah suatu rangkaian yang membatasi ruangan," tutur Abdul.

Abdul juga menjabarkan panjang mengenai sejarah motif batik di Nusantara. Ada banyak perspektif dalam menilik sejarah motif batik.

"Banyak sudut pandang membaca awal sejarah batik. Pertama, kalau kaitannya bentuk artefak di mana dipadupadankan dengan batik hari ini, ternyata ada motif kawung hari ini sama dengan motif kawung pada artefak-artefak yang ditemukan," ungkap Abdul.



Tonton juga 'Harapan SBY Jika Ditakdirkan Berkoalisi dengan PKS':

[Gambas:Video 20detik]

(bag/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads