"Sesaat setelah bencana, saya koordinasi terus dengan Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem dan Dirjen Pengendalian Perubahan iklim. Bahkan bila perlu helikopter kita dipakai dulu untuk NTB, membantu evakuasi ataupun drop logistik bagi pendaki yang masih terjebak di dalam kawasan," kata Siti dalam keterangan tertulis, Senin (30/7/2018).
"Setiap dua jam saya minta selalu laporan utuh perkembangan dari lapangan," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan KLHK, hingga dini hari tadi jumlah pendaki TNGR berdasarkan daftar pengunjung adalah 820 orang. Jumlah ini masih bisa bertambah termasuk porter guide, serta tamu yang naik tanggal 25 dan 26 Juli. Sementara pengunjung yang sudah terdaftar turun sampai hari Minggu adalah sebanyak 680 orang.
"Untuk evakuasi ada bantuan personil Koppasus 100 orang, dan ada heli dari Kodam Udayana untuk dropping logistik pendaki yang terjebak di danau. Selain itu kami juga sudah membuka posko di kantor balai, sebagai tempat informasi bagi keluarga," jelas Siti.
Saat ini masih ada yang terjebak di jalur pendakian, mereka berada di dua titik yaitu di jalur Sembalun, dan Batu Ceper. Rencana evakuasi kembali dilanjutkan pagi tadi. Tim berangkat melalui jalur Sembalun untuk observasi dan membawa logistik. Selain tim dari Balai TNGR, terdapat bantuan dari TNI, Polri, tim medis, dan Mapala.
Kepala Pusdiklat LKPP KLHK bersama dua staffnya juga dilaporkan masih terjebak di kawasan Batu Ceper Senaru. Beberapa kali longsor masih dilaporkan terjadi dari dalam kawasan pasca gempa berkekuatan 6,4 SR yang melanda NTB.
Lokasi yang sudah dilaporkan bebas dari pendaki diantaranya jalur Pelawangan Senaru-pintu Senaru, Puncak-Pelawangan Sembalun, dan Pelawangan Sembalun-pos Sembalun.
Siti mengungkap, Keluarga besar KLHK juga tengah berduka karena salah satu putra dari staf Balai Litbang LHK Makassar, Muhammad Ainul Takzim, dikabarkan meninggal dunia akibat bencana tersebut.
"Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Saya juga mengucapkan rasa duka cita yang sedalam-dalamnya pada seluruh korban, dan juga masyarakat terdampak bencana. Semoga diberi kekuatan dan kesabaran," ungkap Siti.
"Mari kita doakan bersama, semoga seluruh proses evakuasi berlangsung lancar, dan seluruh pendaki dapat turun dengan selamat. Kawasan TNGR kita tutup sementara sampai situasi benar-benar dinyatakan aman," pungkasnya.
Semua Pendaki Gunung Rinjani Diharapkan Turun Esok Pagi
Berdasarkan data terakhir dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) jumlah pendaki yang terjebak di Gunung Rinjani sebanyak 560 orang. Mereka terbagi dalam dua lokasi, yang 500 itu Danau Segara Anak, 60 itu Batu Ceper.
Ketua TNGR Sudiyono mengharapkan semua pendaki yang dievakuasi oleh Tim B yang terdiri dari Basarnas, TNI, POLRI dan TNGR, bisa turun pada Selasa (31/7/2018) esok. Sudiyono pun mengatakan tim medis sudah bersiap menunggu di Sembalun untuk memberikan penanganan medis.
"Diharapkan besok pagi (31/07/2018) Tim B bersama semua pendaki turun ke Pos 2 Sembalun dimana tim medis sudah standby menunggu pendaki yang membutuhkan penanganan medis", kata Sudiyono.
Ia melanjutkan pendaki pendaki yang telah turun sampai Sembalun melalui jalur Bawaq Nao akan dijemput alat transportasi menuju ke Posko Terpadu.
Untuk diketahui, Sekitar 184 personil diturunkan untuk menyusuri jalur pendakian yang melewati 2 jalur yaitu Bawak Nao dan Sajang 4.
Sudiyono menerangkan skema penanganan dan evakuasi terhadap para pendaki. Tim A yang terdiri dari Mapala bertugas di Pelawangan dan melakukan penyisiran korban ke lokasi sekitar Pelawangan hingga menuju Puncak Rinjani. Mereka bertugas mengamankan barang milik pendaki yang masih tertinggal.
Sementara Tim B (BASARNAS, TNI, POLRI, TNGR) turun menuju lokasi berkumpulnya pendaki, Danau Segara Anak (2010 mdpl). Selanjutnya mereka melakukan evakuasi pendaki di danau dan melakukan penyisiran di area Danau Segara Anak, Air Panas dan Gua Susu. Sedangkan Tim C melakukan evakuasi jika ditemukan korban meninggal. (ega/ega)











































