Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyebut, untuk mempertemukan para pihak yang berkonflik di negeri itu, butuh waktu enam bulan hanya untuk menggelar satu pertemuan. Dalam hal ini, Indonesia melibatkan juga para ulama di Pakistan.
"Itu rumit sekali, prosesnya bukan satu-dua hari karena banyak sekali para pihak yang harus ditemui," kata Retno kepada Tim Blak-blakan detikcom.
Presiden Indonesia Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, dia melanjutkan, ikut terlibat langsung dalam upaya perdamaian di Afghanistan. Kedua pemimpin silih berganti datang ke Afghanistan dan Pakistan. Dia sebagai Menlu pun harus bolak-balik ke dua negara tersebut. "Jadi untuk sebuah konsultasi para tokoh ulama di ketiga negara itu waktu yang diperlukan itu sedemikian panjangnya," kata Retno.
Sedangkan untuk masalah Palestina, dia meyakinkan bahwa tak akan pernah surut ikut terlibat di garda depan untuk terus memperjuangkan hak Palestina mendapatkan kemerdekaan. Tak hanya di bidang politik, Indonesia juga membantu memberdayakan ekonomi dan sumber daya manusia Palestina. Harapannya, setelah nanti mendapat kemerdekaan, negara itu bisa langsung berdiri sebagai sebuah bangsa berdaulat.
"Palestina ada di jantung politik luar negeri Indonesia. Kita selalu all-out untuk Palestina," kata Retno, yang pernah menjadi duta besar di Norwegia dan Belanda.
Dia optimistis, dengan terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, kiprah Indonesia dalam upaya menjaga dan mewujudkan perdamaian dunia akan lebih intens lagi.
Selengkapnya soal Kiprah Indonesia Mendamaikan Dunia ini dapat disaksikan di Blak-blakan detikcom, Kamis, 26 Juli 2018 pukul 13.00 WIB.
(erd/jat)