"Untuk prediksi pasut (pasang-surut) dari Pushidros (Pusat Hidrogafi dan Oseanografi) untuk wilayah Cilacap, 26 Juli 2018 (dengan ketinggian gelombang) mencapai 1,8 meter pada pukul 7.00-8.00 WIB, Tanjung Mas (dengan ketinggian) 0,9 meter pada pukul 08.00-10.00 WIB, Tanjung Priok (setinggi) 1,0 meter pada pukul 12.00-14.00 WIB," kata Mulyono saat dikonfirmasi oleh detikcom, Rabu (25/7/2018).
Gelombang tersebut, dikatakan oleh Mulyono, terjadi karena mulai memasuki puncak musim kemarau khususnya di Indonesia bagian selatan. Ia menjelaskan, gelombang tinggi ditandai dengan minimnya potensi hujan dan terjadi peningkatan angin di wilayah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, ia mengimbau agar para nelayan tidak memaksakan kegiatan melaut selama gelombang tinggi terjadi hingga mereda. Tak hanya itu, Mulyono juga berpesan agar masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir untuk tetap waspada dan siaga dalam melakukan aktivitas pelayaran.
"Waspada kenaikan tinggi gelombang. Tidak memaksakan kegiatan penangkapan ikan secara tradisional, hingga gelombang tinggi mereda. Masyarakat dan kapal-kapal terutama perahu nelayan dan kapal-kapal ukuran kecil agar tidak memaksakan diri melaut, serta tetap waspada dan siaga dalam melakukan aktivitas pelayaran," ujar Mulyono.
Sejumlah bangunan yang berada di wilayah pesisir hancur dihantam oleh gelombang tinggi dalam satu hari ini. Beberapa wilayah seperti, Bali, Bengkulu, hingga Garut terkena dampak gelombang tinggi tersebut.
Cek video Menhub Instruksikan Syahbandar Waspadai Gelombang Tinggi
(yas/gbr)











































