Pelican crossing sendiri merupakan kepanjangan dari pedestrian light controlled crossing atau penyeberangan yang diatur dengan tombol dan lampu lalu lintas. Fasilitas penyeberangan ini sudah diterapkan di Inggris sejak 1969 dan digunakan di negara lainnya di dunia.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jadi ketika kita mau menyeberang, terlebih dahulu memencet tombol tersebut. Nantinya lampu tanda untuk berjalan atau berhenti akan menyala. Waktu pejalan kaki untuk berjalan saat lampu hijau bervariasi, tergantung ukuran jalan serta ramainya penyeberang. Variasinya mulai dari 7 hingga 40 detik.
Pelican crossing dipasang pada lokasi dengan kecepatan lalu lintas dan arus penyeberang yang tinggi. Selain itu, pelican crossing juga dipasang di persimpangan lampu lalu lintas dan menjadi satu dengan rambu-rambu.
Di sejumlah jalan baik di Jakarta maupun wilayah Indonesia lainnya sudah menggunakan pelican crossing. Namun terkadang penggunannya belum efektif. Meski tombol sudah dipencet dan lampu menunjukkan warna merah, masih ada saja kendaraan yang tetap menyerobot untuk berjalan.
![]() |
Berbeda dengan negara lain. Misalnya saja di Jepang. Saat detikcom berkunjung ke Jepang beberapa waktu lalu, penyeberang dan pengendara begitu menaati aturan saat menggunakan pelican crossing. Begitu hendak menyeberang, mereka menekan tombol. Dengan taat, mereka menunggu hingga lampu hijau tanda berjalan menyala.
![]() |
Begitupun dengan kendaraan yang sedang melaju. Ketika lampu pelican crossing menunjukkan kuning dan berganti merah, mereka dengan segera bakal berhenti.
Tonton juga 'Anggaran Pelican Cross Bundaran HI Rp 100 Juta':
(nkn/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini