Aktivitas Berkurang, Kantor Ahmadiyah Solo Tetap Buka

Aktivitas Berkurang, Kantor Ahmadiyah Solo Tetap Buka

- detikNews
Sabtu, 30 Jul 2005 22:00 WIB
Solo - Aktivitas jemaat Ahmadiyah di Solo berkurang pasca terjadinya aksi perusakan dan penyerangan terhadap aset dan jemaat Ahmadiyah. Namun, kantor Majelis 'Amilah (Pimpinan Cabang) Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Solo tetap buka seperti biasa.Kantor Majelis 'Amilah Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Solo berada di di Jalan Pakuningratan 46, Carangan, Baluwarti, Solo. Saat detikcom datang ke rumah yang dijadikan kantor Ahmadiyah Solo, Sabtu (30/7/2005) pagi hingga siang, tidak ada tanda-tanda pernah terjadi kekerasan.Tanah seluas 2.500 meter persegi berikut rumah kuno itu wakaf milik salah seorang anggota itu berada di lingkungan Kraton Surakarta. Pelatarannya luas, rindang dan terdapat lapangan volly yang dipakai warga umum. Pintu gerbang pun tetap terbuka. Siswa sekolah juga keluar masuk halaman dengan enaknya. Beberapa pemuda anggota jemaat juga terlihat santai ngobrol di ruang baca.Belum lama berselang jemaat Ahmadiyah Qadiani itu juga mendirikan masjid berukuran sedang namun kelihatan megah yang dinamai Baitul Karim. Masjid dibangun persis di sebelah rumah kuno yang ditempati oleh Ma'sum Achmad. Lelaki asal Tasikmalaya ini sudah empat tahun ditugasi organisasinya memimpin kegiatan keagamaan jemaat di Solo dan sekitarnya.Di rumah itu Ma'sum tinggal bersama istri dan keempat anaknya. Sebelumnya dia sudah beberapa kali dipindahtugaskan dari Padang, Medan, Pekanbaru, Bandung dan terakhir di Solo. Semua kebutuhan hidup dan biaya sekolah anak dibiayai oleh organisasi yang bermarkas utama di London, Inggris, tersebut.Ma'sum mengatakan sejauh ini tidak ada persoalan apapun dengan keberadaan mereka. Tidak ada ancaman atau teror yang datang dan juga tidak ada perintah pihak berwenang agar menutup kegiatan meskipun MUI kembali mengeluarkan fatwa sesat bagi organisasi yang didirikan Mirza Ghulam Ahmad di kota Qadian, India, tersebut.Aktivitas BerkurangNamun demikian bukan berarti tidak ada yang berubah semenjak terjadinya tekanan kekerasan dan ancaman menghampiri mereka. Jauh sebelumnya di pinggir Jalan Pakuningratan atau tepatnya di mulut gang menuju kantor itu terdapat sebuah papan nama ukuran kecil bertuliskan 'Masjid Jemaat Ahamdiyah' yang disertai panah mengarah ke gang masuk.Papan itu sekarang sudah dicopot dan diganti dengan papan dengan ukuran yang sama namun tulisannya diganti dengan 'Masjid Baitul Karim'. Ma'sum mengatakan pihaknya sendiri yang mencopot dan menggantinya. "Karena sedang menjadi perhatian umum ya lebih baik papan petunjuknya diganti dengan yang tidak menampilkan identitas dengan menyolok," kata dia.Seorang warga yang tinggal di dekat kantor Ahmadiyah Solo juga melihat perbedaan frekeuensi aktivitas kegiatan jemaat sebelum dan sesudah terjadinya penyerangan kampus Ahmadiyah di Parung, Bogor, pertengahan Juli lalu. "Sekarang terlihat sering sepi. Jemaat yang datang dan berkumpul juga tidak sesering dan sebanyak sebelumnya," ujar warga Baluwarti itu.Sedangkan Ma'sum mengatakan tidak ada yang berubah atau takut datang ke kantor. Menurutnya karena jemaatnya belum dan tersebar di daerah-daerah yang cukup berjauhan maka kadang-kadang memang pertemuan rutin bulanan dilakukan secara bergiliran di rumah-rumah jemaat.Misalnya bulan ini di Wonogiri, bulan besok di Sragen, besoknya lagi di Boyolali dan seterusnya. Ma'sum yang mendatangi mereka. Sebab kalau pertemuan digelar di kantor Solo terus bisa memberatkan mereka yang cukup jauh. "Tetapi memang sedikit banyak tindak kekerasan itu mempengaruhi kejiwaan jemaat," paparnya kepada detikcom, Sabtu (30/7/2005).Menurut Maksum, beberapakali ada petugas dari kepolisian maupun petugas dari Depag yang datang. Mereka hanya menanyakan keselamatan dan mengecek kondisi jamaah Ahmadiyah. "Saya yakin mereka bertujuan baik yaitu antisipasi dini kemungkinan terjadi hal buruk pada kami. Kami sendiri berharap perbedaan pendapat jangan diselesaikan dengan kekerasan, tapi dengan dialog," lanjutnya. (gtp/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads