Sering Gaduh, Poyuono Tegar di Kursi Waketum Gerindra

Sering Gaduh, Poyuono Tegar di Kursi Waketum Gerindra

Niken Purnamasari - detikNews
Selasa, 24 Jul 2018 06:46 WIB
Waketum Gerindra Arief Poyuono (Foto: dok. Pribadi Arief Poyuono)
Jakarta - Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono kembali melontarkan pernyataan kontroversi. Dia mengibaratkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) seperti anak kecil lantaran tak punya pengalaman di bidang politik. Bahkan dia menyebut AHY sebagai anak boncel.

"Saya menyebut dia itu anak boncel, nggak punya pengalaman. Konteksnya kan ada pertanyaan mengenai Prabowo dipasangkan dengan AHY. Saya bilang, sangat tidak mungkin kalau militer sama militer. Kedua, AHY itu kan belum punya pengalaman, masih boncel dalam politik," ujar Arief saat dimintai konfirmasi, Senin (23/7/2018).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saksikan juga video 'PKS Desak Gerindra Umumkan Capres-Cawapres Akhir Juli':

[Gambas:Video 20detik]



Tak cuma kali ini saja Arief membuat gaduh. Dia juga sempat berseteru dengan kader dari partai lain. Meski begitu dia tetap tegar berada di kursi Waketum Gerindra. Berikut rangkuman pernyataan kontroversial Arief.

1. Sebut PDIP sama dengan PKI

Arief mengatakan hal tersebut berawal dari menanggapi PDIP yang menyebut Prabowo berambisi menjadi presiden karena menyebut presidential threshold 20% itu lelucon politik. Namun Arief langsung mengklarifikasi ucapannya dan meminta maaf di atas materai Rp 6.000.

Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto meenegur Arief dan memintanya mengklarifikasi terkait ucapan tersebut.

"Bukan dipanggil, tapi ditelepon. Pak Prabowo bilang 'itu diklarifikasi secara benar, jangan dianggap nanti kamu menuduh PDIP PKI, nggak enak hubungan dengan PDIP nantinya, kita harus menjalin hubungan dengan baik ke partai-partai. Kamu selesaikan itu'," ujar Arief saat dihubungi, Rabu (2/8/2017).

Dewan Pimpinan Nasional Relawan Perjuangan Demokrasi (DPN Repdem) yang merupakan organisasi sayap PDIP melaporkan Arief ke Polda Metro Jaya. Arief dilaporkan atas tuduhan pernyataan yang menimbulkan permusuhan hingga fitnah dan pencemaran nama baik. Arief disebut telah menyinggung kehormatan PDIP terkait pernyataannya yang tersebar di banyak media nasional.

"Kemarin kami diminta untuk melengkapi laporan dan baru tadi laporan kami diterima oleh pihak kepolisian. Yang kami laporkan adalah Waketum Gerindra Arief Poyuono atas pernyataannya di media online yang menyebut 'wajar PDIP disamakan dengan PKI', yang telah menyinggung kehormatan PDIP," jelas Sekjen Repdem Wanto Sugito soal pelaporan Arief.


2. Perang Panas dengan Fadli Zon

Fadli Zon dan Arief Poyuono, 'perang' statement di media massa. Salah satu petinggi Gerindra lainnya, Sufmi Dasco Ahmad, meminta keduanya menurunkan 'tensi' dan menyelesaikan masalah di lingkup internal partai saja.

"Mari secara dewasa menyelesaikan masalah secara dewasa dan di internal, jangan perang di media gitu," ujar Dasco dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (10/8/2017).

Perang statement antara Fadli dan Arief itu berawal dari pernyataan Arief yang membuatnya dipolisikan oleh sayap partai PDIP. Bukannya membela, Fadli menyebut, partai akan memberikan sanksi kepada Arief.

Lalu, Arief bermanuver dengan memberikan pujian setinggi langit untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan menyebutnya berpeluang memimpin Indonesia selama dua periode. Arief pun terkesan 'menyelingkuhi' Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, yang digadang-gadang akan kembali nyapres pada 2019.


3. Sebut Survei INES Paling Benar

Indonesia Network Election survei (INES) merilis hasil survei elektabilitas calon presiden dengan hasil Prabowo Subianto unggul jauh dibanding Joko Widodo, dan Gatot Nurmantyo. Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono yakin hasil survei tersebut benar adanya.

"Yang paling bener itu INES. Artinya INES jarang sekali mengeluarkan hasil surveinya tapi tepat," ujar Arief, di Mess Aceh Amazing Hotel, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (6/5/2018). (nkn/rna)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads