detikX mendatangi lokalisasi Royal, yang berada di tengah permukiman padat penduduk di Kampung Bandengan RT 02 RW 13, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara, untuk mencari tahu kebenaran informasi bahwa Daeng Aziz mengalihkan bisnisnya setelah Kalijodo diratakan dengan tanah oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada awal 2016. Ia sebelumnya adalah penguasa kafe, perjudian, dan pemasok tunggal minuman di Kalijodo. Omzetnya saat itu konon mencapai Rp 1,5 miliar per hari.
Tak lama setelah Kalijodo digusur, anak buah Daeng Aziz sempat membangun bedeng-bedeng di kolong flyover Kalijodo. Namun 'The New Kalijodo' itu kembali dirobohkan aparat Satpol PP di bawah kepemimpinan Ahok. "Dua kali itu kalau nggak salah dirubuhin," terang Susanti, Ketua RT 12 RW 04, Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, yang membawahkan daerah Kalijodo.
Susanti juga mendengar kabar, sejak tak lagi punya tempat usaha di Kalijodo, Daeng Aziz mengincar Royal. Sebagian besar wanita penghibur eks Kalijodo pun ikut berpindah ke tempat baru itu. "Cuma dengar saja. Gimana ya, kalau biasa hidup di 'lembah hitam', di mana ada lembah hitam, bisa hidup mereka," ucap Susanti.
Seorang warga Kampung Bandengan menyebut pekerja seks Kalijodo mulai membanjiri Royal setahun yang lalu. Jumlahnya ratusan orang. Hadirnya mereka membuat pamor Royal makin mengkilap karena mereka masih muda-muda. Tetapi hal itu juga memicu rasa iri pekerja seks yang telah bertahun-tahun mangkal di Royal. "Kalau aslinya Royal 'veteran' semua," katanya kepada detikX.
![]() |
Warga yang menolak namanya disebutkan itu menambahkan para 'alumni' Kalijodo dibawa masuk ke Royal oleh Daeng Raja. Daeng Raja atau Ali adalah sepupu Daeng Aziz. Di Kalijodo, Daeng Raja mengelola kafe Kingstar, yang menempati lantai dua sebuah bangunan milik Daeng Aziz. "Sebulan sekali dia (Daeng Raja) datang ke sini. Mungkin tangan kanannya Daeng Aziz, saya kurang tahu," katanya.
Namun Daeng Raja hanya mendirikan kafe dan menyediakan pekerja seks. Sebab, untuk pasokan minuman sudah dimonopoli Bagas, anak buah Ong Pin. Ong Pin adalah seorang Tionghoa yang bertahun-tahun mengendalikan Royal. Setelah Ong Pin meninggal pada 2011, Bagas-lah yang dipercaya mengatur bisnis di lokalisasi berumur nyaris setengah abad itu.
detikX lantas menemui Bagas di rumahnya yang terletak di bagian paling depan gang. Di teras rumah berlantai dua tersebut, terparkir sebuah sepeda motor Yamaha NMAX dan mobil Mitsubishi Pajero Sport. Sedangkan di samping rumah, terdapat sebuah bangunan yang difungsikan sebagai gudang penyimpanan bir merek 'Panther'.
Jangan dibayangkan Bagas bertubuh tinggi besar dan bertampang preman. Perawakannya biasa saja, dengan batik berwarna cokelat melekat di badan. Yang bikin tercengang adalah gepokan uang puluhan juta rupiah yang ditentengnya malam itu, lengkap dengan nama-nama penerima di kertas pembungkus. "Ini saya lagi mau bagi-bagikan uang setoran," ucapnya kepada detikX.
Ketika diberi tahu yang datang adalah wartawan, uang itu buru-buru disembunyikan di bawah meja. Bagas mengungkapkan perputaran uang di Royal saban hari mencapai ratusan juta rupiah, tidak sampai miliaran rupiah seperti di Kalijodo. Namun dia menolak menyebutkan jumlah kafe yang dikoordinasinya di Royal.
Sedangkan untuk jumlah pekerja seks yang bekerja di Royal, ia menyebut sebanyak 280-300 orang. Dari jumlah itu, yang berasal dari Kalijodo dipastikan hanya 20 persen. Mereka dibawa oleh empat 'pemain kawakan' Kalijodo, yaitu Daeng Raja, Daeng Rustam, Ali, dan Han. Menurut Bagas, keempat orang itu dikenal sebagai 'para panglima' Daeng Aziz. "Daeng Aziz itu rajanya," kata Bagas.
Daeng Aziz sendiri, dia berkisah, sempat kocar-kacir setelah Kalijodo bubar. Pria asli Jeneponto, Sulawesi Selatan, itu dikabarkan membuka lahan baru di berbagai lokasi, seperti Kalimalang, Pasar Baru, dan Daan Mogot. Daeng Aziz tak pernah meminta jatah tempat di Royal. Kalaupun Daeng Aziz meminta, Bagas bilang tak bakal memberinya karena berbahaya.
"Umpamanya dia mau numpang usaha, tapi kita tahu sejarah dan karakter dia dulu. Dia pelan-pelan masuk, tapi ujung-ujungnya bakal merekrut semuanya. Sedangkan orang-orang 'pribumi' di sininya takut tersisih," kata Bagas.
Gerindra saat ini tengah menyusuri kebenaran kabar Daeng Aziz masih bermain di bisnis prostitusi. Pencalegannya bisa gagal jika Gerindra menemukan bukti kebenaran kabar bisnis prostitusi ini.
"Kita akan cek berdasarkan data yang valid, kita akan cek. Kalau benar, dia nggak bisa nyaleg lagi," kata Ketua Bidang Advokasi dan Hukum DPP Partai Gerindra Habiburokhman saat dimintai konfirmasi, Jumat (20/7/2018).
Artikel ini berisi potongan laporan hasil investigasi detikX yang telah ditayangkan sebelumnya. Anda bisa melihat artikel utuhnya di sini.
Tonton juga 'Sandi: Gerindra Tak Tutup Pintu Daeng Aziz 'Bos Kalijodo' Nyaleg':
(irw/tor)