Dihimpun detikcom, Rabu (18/7/2018), kritik Fahri itu dilontarkan terkait surat pengunduran diri bertanggal kosong yang menjadi syarat bagi para bakal calon anggota legislatif PKS. Syarat yang diajukan PKS itu dinilai dia sebagai 'kematian' bagi partai politik tersebut di tahun ini.
"Mungkin inilah umur PKS 20 tahun, selesai tahun inilah. Kan kita dulu deklarasi 1998, ini 2018, mungkin ini innalillahiwainnailaihirojiun," ujar Fahri di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (17/7).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para kader, kata Fahri, tak terima dengan gaya pemimpin PKS saat ini. Fahri lalu mengungkit 'kegagalan' PKS di Pilkada 2018.
"PKS itu dalam titik nadir keadaannya sekarang ini, padahal keadaan (sedang) baik. Dulu ya, kita kena kasus LHI, ditangkap dia, tapi kita bisa dapat Jawa Barat, Maluku Utara, Sumatera Utara, kita bisa dapat dalam keadaan sulit," ucapnya.
Dituding 'mati', PKS angkat bicara. Ketua Departemen Politik DPP PKS Pipin Sopian menyinggung soal kedewasaan dalam berpolitik.
"Berpolitik itu butuh kedewasaan, kematangan, dan harus selesai dengan diri dan keluarganya," kata Pipin.
Pipin menjelaskan surat kesediaan pengunduran diri yang harus ditandatangani bacaleg PKS merupakan aturan partai yang harus dijalankan. Dia meminta semua pihak menghormati aturan itu.
"Semua partai punya aturan, kode etik, dan fatsun yang harus diikuti. Pilihannya apakah kita mau mentaatinya atau memilih pisah mencari yang lain. Kami hargai hak masing-masing individu," ujarnya.
Dia pun membantah banyak bacaleg mundur dari PKS, sehingga membuat PKS kritis. Pipin menegaskan hingga saat ini PKS tetap solid.
"Alhamdulillah, hingga kini PKS tetap solid dan optimistis menghadapi Pemilu 2019. Banyak kader dan tokoh daerah dan nasional yang saat ini sedang proses menyelesaikan syarat-syarat daftar pencalegan dari PKS," tegas Pipin. (tsa/nkn)











































