Mengawali ajakan itu, Tito menjelaskan kondisi masyarakat Indonesia yang didominasi masyarakat kelas bawah. Tito mengatakan masyarakat tersebut memiliki daya kritik yang kurang sehingga mengiyakan semua pandangan yang diberikan pemuka agamanya.
"Kita (Indonesia) masih didominasi oleh low class, mereka yang belum cukup sejahtera secara ekonomi atau mungkin juga kurang dari segi pendidikan. Sehingga apa yang disampaikan oleh tokoh-tokoh agama, termasuk para kiai itu dianggap sebagai kebenaran oleh sebagian besar masyarakat yang kelas bawah," kata Tito dalam kegiatan Silaturahmi dengan Dai Kamtibmas di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (17/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tito lalu menuturkan peran para dai penting dalam mempengaruhi opini publik dan mencerdaskan masyarakat. Tito menyampaikan Polri menganggap para dai sebagai ujung tombak penyampaian kebenaran kepada masyarakat.
"Oleh karena itu Bapak/Ibu memiliki posisi sangat penting dalam rangka mempengaruhi opini publik dan mencerdaskan buat masyarakat. Polri juga memiliki kepentingan yang sangat luar biasa kepada Bapak/Ibu sekalian sebagai ujung tombak untuk sampaikan kebenaran kepada masyarakat," ungkap mantan Kepala BNPT ini.
Tito selanjutnya mengaku penjelasan dan harapan yang dia sampaikan berhubungan dengan agenda Pilpres 2019, dimana Polri perlu memastikan pesta demokrasi itu berlangsung dengan aman.
"Ini nanti ada kaitannya dengan masalah kontestasi 2019, pilpres. Bukan berarti Polri ingin mengajak Bapak/Ibu berpolitik, tidak sama sekali. Kepentingan utama kami menjaga kamtibmas agar kontestasi politik itu bisa berjalan aman tertib, lancar, demokratis tanpa menimbulkan, mengorbankan keberagaman, kebinekaan NKRI kita," terang Tito.
"Dan masyarakat jangan sampai berdarah-darah hanya karena pertarungan kekuasaan. Itu yang paling penting," lanjut dia.
Tito lalu menyampaikan karunia terbesar Tuhan bagi bangsa Indonesia adalah keutuhan yang terjaga hingga 72 tahun usia kemerdekaan. Dia lalu membandingkan Indonesia dengan negara-negara lain yang terpecah belah, salah satunya Uni Soviet.
"Kita harus mensyukuri 72 tahun bangsa Indonesia berdiri sejak 1945, prestasi terbesar adalah NKRI masih tetap utuh menjadi satu negara. Itu betul-betul kita harus sampaikan kepada masyarakat dan betul-betul kita harus resapi bahwa ini adalah sesuatu karunia luar biasa dari Allah Subhanahu wa ta'ala," ucap Tito.
"Mari kita bandingkan. Kita bandingkan Soviet, negara yang militer dan ekonominya kuat sekali, nuklir pun mereka punya. Negara besar, lebih besar dari Indonesia. Indonesia punya tiga timezone, mereka punya delapan timezone yang secara teori tak mungkin pecah. Tapi ternyata 1990-an kita lihat terjadi perpecahan luar biasa," imbuh Tito. (aud/jbr)











































