Nusron Wahid Kritik Keras Sekolah di Polemik 'Guru Korban Pilkada'

Nusron Wahid Kritik Keras Sekolah di Polemik 'Guru Korban Pilkada'

Fajar Pratama - detikNews
Minggu, 01 Jul 2018 18:14 WIB
Nusron Wahid/Foto: Yulida Medistiara/detikcom
Jakarta - Pemecatan guru bernama Rabiatul Adawiyah karena pilihan politik di Pilgub Jabar menjadi polemik. Politikus Golkar Nusron Wahid meluncurkan kritik keras untuk pihak sekolah.

"Boikot saja sekolah-sekolah model begitu. Institusi pendidikan itu untuk membangun akhlak dan kompetensi bangsa. Bukan niat untuk mobilisasi politik. Kalau perlu dievaluasi ijin belajar mengajarnya. Jangan-jangan ada mobilisasi wali murid juga," ujar Nusron kepada wartawan, Minggu (1/7/2018).

Menurut Nusron, perlu dilakukan langkah tegas agar sekolah seperti itu mendapatkan shock therapy.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biar masyarakat dan orang tua tahu. Mumpung ini lagi masuk tahun ajaran baru," kata Nusron.

"Kalau lihat dari alasan menegur Bu Rabi'ah Adawiyah, kan jelas. Tidak sesuai dengan misi Yayasan. Berarti misinya politik. Bukan pendidikan. Kedoknya saja pendidikan," sambungnya.



Nusron mengatakan, orang tua dan publik harus mengetahui mengenai kejadian tersebut. Korbid Bidang Pemenangan Pemilu Jawa dan Kalimantan Golar ini juga meyakini banyak sekolah-sekolah semacam itu.

"Saya minta dinas pendidikan kota, propinsi dan kemdikbud untuk mengevaluasi dan meninjau ulang ijin operasional belajar mengajar. Ini baru satu yang ketahuan. Saya yakin ada model ancaman guru-guru yang lain. Biar publik tahu kedok dan motif mereka sesungguhnya," kata Nusron.

detikcom telah meminta penjelasan pihak SDIT Darul Maza di Jl Gapin, Jatiasih, Bekasi, Jumat (29/6/2018). Seorang guru bernama Tri lalu memberi penjelasan.

"Saya bisa sampaikan semua yang terjadi sudah selesai, sudah tidak ada masalah apapun, sudah clear, sudah diselesaikan dengan musyawarah. Itu hanya kesalahpahaman. Tidak ada yang dipecat atau di-PHK," kata Tri.

Tri mengatakan hal ini adalah kesalahpahaman komunikasi via Whatsapp. Dia menduga ada faktor emosi berbicara sehingga salah paham. Tri juga menegaskan tidak ada arahan dari pihak sekolah untuk memilih salah satu calon.

"Kalau terucap sedikit emosi ya namanya manusia, apalagi habis pilkada, tapi semua itu tidak ada hubungannya dengan pemilihan siapapun, yang ditentukan atau dipush 'kamu harus milih ini, kamu harus milih ini'. Itu tidak ada, jadi semua bebas," ucapnya.

"Di sini memang tidak ada paksaan harus memilih (satu calon). Tidak ada," tegas Tri.

Tri mengaku sudah bicara dengan Robiatul setelah percakapan di Whatsapp itu viral. Dia menegaskan sudah tidak ada masalah dengan Robiatul dan statusnya masih guru di SDIT Darul Maza.

"Kami welcome, kita telponan, haha hihi saja. Karena kami asik-asik aja, nggak masalah. Statusnya masih guru, tidak ada pemecatan," ujarnya. (fjp/jbr)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads