Kritik itu dilontarkan @larasramone lewat akun Twitter-nya. Dia membuat serangkaian tweet soal Ragunan yang menyoroti kebersihan kandang hingga kondisi satwa yang dianggap kurus dan stres. Pihak Ragunan menepis.
"Setahu saya itu pendapat mbak itu nggak semua benar. Saya baca sekilas katanya satwa bermalas-malasan istirahat, katanya lemes, kurus, itu memang satwanya istirahat," kata Kepala Satuan Pelaksana Promosi dan Pengembangan Usaha Ketut Widarsana ketika dimintai konfirmasi, Minggu (1/7/2018).
![]() |
Dia juga keberatan jika satwa yang berjalan mondar-mandir disebut stres. Soal air yang disebut kotor, Ketut berjanji akan menyampaikan koreksi ke perawat satwa untuk menguras air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut saya pendapat itu tidak benar kalau mungkin air kotor saya koordinasikan dengan perawat satwa mungkin ada terlambat kuras bisa diganti airnya," sambungnya.
![]() |
Ketut juga menyebut pendapat yang disampaikan itu sangat tendensius. Soal sampah yang disorot, Ketut menjelaskan jika pihaknya malah mengolah sampah menjadi pupuk kompos.
"Pendapat itu tendensius sekali, kalau mau fair boleh juga cek pendapat lain yang sudah berkunjung. Terkait sampah yang berserakan, untuk informasi saja sampah lebaran itu sampai 75 meter kubik," terangnya.
"Itu kita kelola melalui pengomposan, yang organik, non organik kita pisahkan, kita daur ulang, sampai jadi kompos. Petugas kebersihan kita siagakan 200 orang lebih, saya rasa itu tidak benar. Pengelola TNR itu concern dengan masalah satwa dan kebersihan. Banyak kok pendapat positif lain. Kalau boleh saya bantah, saya tidak membenarkan pendapat mbak itu," imbuh Ketut.
Ketut mempersilakan para pengunjung untuk mengecek langsung kondisi satwa di Ragunan. Dia berharap masyarakat tidak memberikan penilaian subyektif.
"Silakan datang ke ragunan melihat kondisi yang sebenarnya," ujar Ketut.
(ams/fjp)