Fadli menegaskan penggalangan dana itu dilakukan bukan karena ketua umumnya tak memiliki uang. Galang dana dimaksudkan untuk menggaet partisipasi rakyat.
"Ini bukan karena kita tidak punya uang. Kita ingin partisipasi (galang dana) itu dari rakyat, dari masyarakat, bukan dari cukong atau dari konglomerat," kata Fadli di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (25/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fadli mengatakan, partainya tak ingin penyumbang dana dalam kontestasi politik dikuasai oleh pemodal besar. Hal itu, menurutnya, rawan pembajakan terhadap demokrasi.
"Jangan sampai demokrasi kita ini dibajak para cukong dan konglomerat yang mengatur-ngatur kehidupan demokrasi kita membeli buying, membeli gubernur, bupati, dan sebagainya, yang saya kira itu sangat membahayakan. Itu artinya pembajakan terhadap demokrasi kita. Jadi lebih bagus dari bawah (rakyat) bottom up," tuturnya.
Fadli juga mengatakan penggalangan dana untuk mendukung kontestasi politik juga merupakan hal yang wajar. Galang dana bukanlah hal yang baru di dalam demokrasi.
"Kita ingin menggalang dana ini sebagai bagian dari kekuatan masyarakat. Kita lihat juga bagaimana partisipasi publik, politik itu bukan hanya milik elite tapi juga milik masyarakat. Sumbangan itu juga kan sumbangan yang sukarela dan juga besarannya tergantung kemampuan dan sama sekali tidak ada paksaan. Tetapi bentuk kepedulian kita kepada politik," kata Fadli.
Wakil Ketua DPR itu memastikan pihaknya akan secara transparan dalam mengelola sumbangan dari rakyat ini. Apalagi menurut Fadli, partainya telah mendapatkan penghargaan sebagai partai politik paling transparan.
"Gerindra itu partai yang selama ini telah mendapatkan award partai paling transparan dari komite informasi publik kalau tidak salah. Jadi kita pasti akan transparan juga di dalam penerimaan dan seterusnya," ujarnya.
Sebelumnya, Fahri Hamzah menyebut penggalangan dana tersebut dilakukan karena Prabowo tengah kebingungan.
"Prabowo itu bingung karena dia nggak berkuasa," kata Fahri di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (25/6/2018).
Dia mengungkapkan kontestasi politik sekelas pilpres membutuhkan uang Rp 2,5-5 triliun untuk setiap kandidat. Sementara saat ini, menurut Fahri, Prabowo tak memiliki uang.
"Sementara orang bilang perlu satu kandidat Rp 5 triliun, minimal Rp 3 triliun. Ada yang bilang paling minimal Rp 2,5 triliun. Rp 2,5 triliun ini dari mana? Nolnya 12 itu, Bos. Dari mana duit itu. Itu yang membuat dia bingung," ujarnya.
Hal itu kemudian dibantah oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono yang mengatakan tidak benar bahwa Prabowo tengah kebingungan. Penggalangan dana tersebut merupakan upaya partainya untuk mandiri.
"Jadi tidak benar kalau Pak Prabowo bingung. Yang benar justru ketika kita sekarang menghadapi kekuatan pemilik modal tentu kita harus mandiri agar idealisme dan ideologi partai tidak terbeli," kata Ferry kepada detikcom, Senin (25/6/2018).
Tonton juga video: 'Hingga Kini, Prabowo Sudah Kumpulkan Rp 296 Juta'
(elz/elz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini