Menariknya, bukan hanya umat muslim yang terlibat pada malam takbir ini. Tapi juga diikuti oleh kelompok pemuda Hindu. Mereka membawakan musik tradisional Bali, Baleganjur.
"Kita juga mengundang umat non-muslim, ada dari kalangan Hindu, Kristen dan juga Budha. Baleganjur ini dari pemuda hindu," kata Kepala Dusun Kepaon Muhamad Asmara, di sela acara malam takbir di masjid Al-Muhajirin Denpasar, Kamis (14/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kampung muslim Kepaon berupaya meningkatkan sikap bagaimana bisa saling menghargai budaya agama ras dan sebagainya sehingga perdamaian NKRI itu bisa kita wujudkan.
"Kami ingin mengajak semua masyarakat untuk bisa menghargai perbedaan. Sesuai dengan tema yang kami usung bergembira dalam keragaman," tandasnya.
Senada dengan Asmara, Kelihan Adat Desa Kepaon Anak Agung Ketut Wirya juga mengungkapkan kerukunan antar-umat sudah terjaga sejak dulu. Di hampir semua kegiatan selalu dilakukan secara bersama-sama antarsesama warga.
Baca juga: Gema Bedug Malam Takbir Sambut Idul Fitri |
"Saat takbiran kita selalu ikut berpartisipasi meramaikan dengan melibatkan pemuda dari masing-masing banjar secara bergantian," terangnya.
![]() |
"Ini sangat baik sekali karena makin menambah toleransi kita dalam beragama khususnya di Bali. Ini baru pertama kali utk di (kelompok) pemuda saya, mungkin di banjar lain (sudah ikut) yang tahun lalu," ungkap Dewa Yoga, ketua Sekaa Gong Suwara Budaya Mekar sebelum pawai dimulai.
Hadir juga dalam acara ini keturunan raja Badung, Raja Pemecutan, Cokorda Pemecutan XI. Sebagai keturunan kerajaan yang memiliki hubungan sejarah dengan perkembangan muslim Kepaon ia berpesan agar umat Islam di desa tersebut tetap memegang teguh warisan leluhur.
"Setiap tahun dari leluhur kami telah menjalankan ini (takbiran bersama), kami adalah trah dari kerajaan Badung dan orang muslim Kepaon ikut membina dan membangun kerajaan Badung," jelasnya. (idn/gbr)