Soenmandjaja menjelaskan salam yang ditunjukkan Luthfi saat itu merepresentasikan nomor urut PKS yang ada di posisi ke-3. Hal itu berbeda dengan Tasdi, yang melakukan salam metal untuk menutupi kegugupannya.
"Berkenaan dengan 'acungan jari' Luthfi Hasan, acungan jari tersebut sama sekali tidak ada hubungan dengan stres, psikologis, apalagi lambang metal. Melainkan menunjukkan bilangan tiga," kata Soenmandjaja di kompleks parlemen, Senayan, Rabu (6/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Soenmandjaya meminta agar kasus korupsi yang menjerat kader tak disangkutpautkan dengan institusi partai. Alasannya, tindak pidana korupsi dilakukan bukan atas dasar perintah partai.
"Bahwa ada fakta korupsi yang dilakukan anggota partai itu kan sudah realitas. Sudah jatuh putusan. Jangan kemudian karena persoalan perseorangan, partainya yang disalahkan. Harus dibedakan perseorangan dengan institusi," jelasnya.
"Jadi, walaupun ada 1.000 orang anggota yang korupsi, kalau partainya tidak memerintahkan ya bukan salah partai. Itu pribadi. Tapi kalau satu orang karena perintah partai, dibubarin saja partainya," imbuh Soenmandjaja.
Sebelumnya, Bupati Purbalingga Tasdi terus-menerus memamerkan pose salam metal di KPK. Politikus PDIP Hamka Haq menganggap salam metal itu berkaitan dengan psikologis Tasdi. Dia lalu mengungkit salam eks Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, yang terjerat kasus impor sapi.
"Kalau dia melakukan itu, mungkin hanya secara psikologis untuk mengimbangi secara psikologis tekanan batinnya, karena dia tertangkap, maka begini terus kan (salam metal)," ujar Hamka Haq, hari ini. (tsa/dnu)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 