Ini juga yang terjadi di pulau kecil di bagian tenggara China, sebuah entitas politik bernama Taiwan. Ada beberapa cerita menarik tentang kegiatan yang dilakukan para perantau Ramadan dari Taiwan, dari sudut pandang mahasiswa National Central University.
"Untuk kami yang ada di sini biasanya bulan Ramadan (dua tahun ke belakang) dilewatkan dengan full of exam. Ada yang ujian akhir semester, ada yang ujian thesis, disertasi, dan banyak sekali permasalahan dan ujian yang membuat kami merasa di moment Ramadhan ini harus bisa dimaknai dengan sungguh-sungguh," ujar Raviqul Haidir Francasmara, mahasiswa master di Computer Science and Infromation Engineering, National Central University, Taiwan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski diawali dengan testimoni kehidupan Ramadan di rantau yang bisa dibilang berat dan tak mudah untuk dilalui, mahasiswa di Taiwan, terutama di kampus National Central University memiliki berbagai kebiasaan unik yang 'rutin' dilakukan untuk mengobati rindu akan gema Ramadan di Indonesia.
Pastinya, berbagai kegiatan ini juga sejenak melupakan beban-beban berat tanggung jawab akademik keseharian di kampus dan laboratorium masing-masing. Ini dia daftar kegiatan kami selama Ramadan.
Kajian rutin menjelang iftar harian
Hampir semua agenda di bulan Ramadan digawangi oleh komunitas National Central University Muslim Club (NCU-MC) yang beranggotakan mahasiswa muslim yang tak hanya dari Indonesia, melainkan juga dari negara lain seperti Mesir, Gambia, Maroko, India, Pakistan, Malaysia, Prancis dan masih banyak lagi.
Akan tetapi, karena di tiga tahun ke belakang ini ketuanya masih orang Indonesia, serta massa terbesar mahasiswa muslim di kampus ini masih berasal dari Indonesia, jadi kebanyakan bahasa kajiannya dibawakan dalam bahasa Indonesia, meski sekitar 40% biasanya dibawakan dalam bahasa Inggris.
Kajian rutin ini memiliki topik populer yang beragam, dimulai pada pukul 18.15 sampai menjelang buka puasa atau sekitar pukul 18.45 waktu Taiwan.
![]() |
Setelah kajian, acara dilanjutkan dengan buka puasa bersama dengan seluruh jemaah yang hadir di musala pusat NCU. Menunya beragam, ada makanan Indonesia, India, Pakistan dan berbagai menu kudapan lain yang biasanya dihadirkan bergantian oleh mahasiswa dari berbagai negara di tiap pekannya.
Sahur bersama setiap akhir pekan
Nah, selain berbuka bersama, mahasiswa perantau di Taiwan biasanya juga punya agenda sahur bersama. Acara dimulai pukul 02.00 dini hari sebagai persiapan mulai dari masak, mempersiapkan tempat, hingga menata sajadah untuk salat subuh, hingga menjelang pukul 03.40 waktu Taiwan yang ditandai dengan kumandang azan subuh.
Baca juga: Tips Berpuasa Saat Musim Panas |
Sebenarnya agenda ini berlangsung tiap hari di musala. Namun biasanya, di akhir pekan jemaah yang datang lebih banyak. Karenanya, agenda sahur bersama ini secara resmi kami canangkan setiap akhir pekan.
Sesi sharing 7 menit setelah subuh
Agenda setelah sahur biasanya dilanjutkan dengan salat subuh berjemaah. Namun acara tak berhenti sampai di situ. Karena pagi hari adalah waktu terbaik untuk menyerap ilmu, para mahasiswa Muslim NCU memanfaatkannya untuk berbagi ilmu dan sharing dengan topik-topik menarik. Untuk merealisasikannya, diadakan agenda sesi sharing selama tujuh menit ini.
![]() |
Inspiring Time dengan topik beragam
Tema dari agenda Inspiring Time bukan hanya tentang Islam secara spesifik, tetapi mengaitkan antara bidang-bidang keilmuan yang tengah dipelajari dari sisi keislaman. Topik-topik yang pernah dibahas antara lain soal ekonomi, bisnis, material, kimia, kesehatan, dan lain sebagainya.
![]() |
Tarawih dua sesi
Tarawih yang dilaksanakan tiap malam di musala pusat NCU memiliki ciri khas, yaitu dipimpin oleh imam utama dan imam lanjutan. Jemaah muslim di NCU memiliki kebiasaan memberikan opsi jumlah rakaat sebanyak 8 dan 20, dan ditutup dengan tiga rakaat salat witir.
Teknisnya, salat tarawih diawali oleh imam utama yang juga memimpin salat isya berjemaah. Nah, setelah rakaat ke-8 biasanya imam utama akan memberikan tanda bahwa setelah ini akan dilaksanakan salat witir.
Bagi yang terbiasa melakukan salat tarawih sebanyak 8 rakaat dipersilakan untuk mengikuti, sedangkan yang ingin melaksanakan salat tarawih sebanyak 20 rakaat diperkenankan untuk beristirahat sejenak sembari menunggu salat witir selesai.
"Ini bertujuan untuk memberikan ruang bagi keberagaman Islam yang sudah seharusnya tidak menjadi lahan perpecahan, akan tetapi justru media pembelajaran toleransi dan saling memahami," ujar Yuke Heri Laksono, mahasiswa master di Mechanical Engineering, National Central University, Taiwan.
Tuh kan, Ramadan di perantauan, yang mungkin terdengar sulit dengan berbagai tantangannya, justru menyimpan banyak keseruan.
Bahkan, lewat kreativitas dan berbagai kegiatan yang bermanfaat, momen Ramadan bisa mendekatkan kami dengan makna Ramadan yang sesungguhnya, yaitu ajang untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT demi menuju sebenar-benarnya kemenangan saat Idul Fitri.
*) Rahmandhika Firdauzha Hary Hernandha atau Ozha, adalah mahasiswa S2 bidang studi Materials Science and Engineering, National Central University (NCU) Taiwan. Selain kuliah, Ozha juga aktif berorganisasi dengan menjadi Sekretaris Jenderal di PPI Taiwan (2017/2018) serta Staf di Tim Siaran Radio, Kantor Komunikasi PPI Dunia (2017/2018).
*) Artikel ini terselenggara atas kerja sama detikcom dan PPI Dunia.
Bagi Anda para pembaca detikcom yang memiliki cerita berkesan Ramadan seperti di atas, silakan kirimkan tulisan Anda ke e-mail: ramadan@detik.com. Jangan lupa sertakan nomor kontak Anda dan foto-foto penunjang cerita. (rns/rns)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini