Tiba di Medan, Kembar Siam Anggi-Anjeli Membaik
Senin, 18 Jul 2005 16:29 WIB
Medan - Setelah menjalani operasi pemisahan Mei lalu, kembar siam asal Sumatera Utara (Sumut) Anggi dan Anjeli kembali ke tanah air. Kembar siam yang menjalani pemisahan di Singapura ini tiba di Bandara Polonia Medan, Senin (18/7/2005), sekitar pukul 11.30 WIB. Kedua bayi yang lahir 11 Februari 2004 di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar ini terlihat sehat. Turun dari pesawat Garuda yang membawa keduanya dari Singapura, keduanya dibawa dengan kereta bayi. Anggi mengenakan baju warna pink, sementara Anjeli mengenakan paduan pink dan putih.Tiga anggota tim dokter dari Singapura turut mendampingi kedatangan mereka, yakni i Tan Kai Chah, Peter Lee, dan Wong Chin Shin, serta Ketua Mercy Relief Singapura, Zulkifli Baharuddin.Ayah kedua bayi itu, Sobari (42), mengaku masih belum mengetahui apa yang akan dilakukannya setelah di Medan terhadap dua anaknya itu. Yang jelas, bersama istrinya, Neng Harmaini (38), dirinya masih terus harus merawat kedua kembar siam ini hingga tahap pemulihan. Kedatangan mereka disambut Kepala Dinas Kesehatan Sumut Fatni Sulani. Selanjutnya, mereka bertemu Gubernur Sumut Rizal Nurdin. Rencananya, Sobari beserta keluarganya itu akan pulang ke kampung halamannya di Serbelawan, Dolok Batu Nanggur, Kabupaten Simalungun, Sumut, pada hari ini juga. "Saya merasa sangat bahagia. Kondisi keduanya sekarang lumayan membaik. Kecuali Anjeli yang mengalami kelainan jantung. Setiap bulan sekali keduanya harus dirawat di Singapura. Saya masih belum tahu bagaimana biayanya nanti," kata Sobari. Pria yang sehari-hari berjualan gethuk lindri, makanan khas Jawa dari singkong ini, berbicara dengan mata berkaca-kaca.Kembar siam Anggi dan Anjeli lahir dalam kondisi menyatu di bagian pinggul dengan dubur dan usus serta hanya memiliki tiga kaki.Sempat dibawa ke rumah sakit Adam Malik Medan dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Namun, karena tim dokter kedua rumah sakit mengaku tidak sanggup melakukan operasi, kembar siam ini akhirnya dibawa ke RS Gleneagles Singapura. Melalui operasi selama sepuluh jam, 15 dokter di bawah pimpinan Tan Kai Chah berhasil memisahkan keduanya pada 21 Mei 2005.
(asy/)