Menempuh pendidikan Master Research di University of Birmingham membuat Ramadan kali ini sedikit berbeda bagi saya. Tahun ini, untuk pertama kalinya saya menjalankan ibadah puasa jauh dari keluarga.
Di sini, puasa dimulai dari pukul 03.00 GMT hingga pukul 21.00 GMT. Alhasil, waktu puasa di Birmingham sekitar enam jam lebih panjang dari waktu puasa di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama bulan Ramadan, UBISOC menyelenggarakan iftar atau buka puasa bersama. Asyiknya, makanan yang disajikan sangat beragam, mulai dari makanan khas Timur Tengah, Afrika dan Asia.
Menu iftar UBISOC di minggu ke-2 Ramadan. Foto: Mahyuni Harahap |
Menambah keseruan, acara ini tak hanya dihadiri mereka yang menjalankan ibadah puasa, tapi juga bagi mereka yang tidak berpuasa. Setengah jam sebelum iftar, mahasiswa yang masih berada di kampus biasanya berkumpul di satu ruangan sambil menunggu buka puasa.
Selain menikmati lezatnya makanan yang dihidangkan setiap harinya, saya juga menemukan banyak teman dan kenalan baru. Saya merasa seperti menemukan rumah kedua. Hal yang sama juga dirasakan oleh mahasiwa dari berbagai negara lainnya.
Suasana bukber UBISOC. Foto: Mahyuni Harahap |
Cerita serunya ikut bukber dari salah satu mahasiswa University of Birmingham. Foto: Mahyuni Harahap |
Usai buka puasa, kami pun mengisi waktu dengan membaca ayat suci Alquran sambil menunggu pelaksanaan salat tarawih yang dimulai pukul 22.45 GMT. Setiap minggunya, didatangkan pula ustaz yang memberikan ceramah untuk memperdalam ilmu agama kami.
Kegiatan membaca Alquran. Foto: Mahyuni Harahap |
Tak hanya iftar dan tarawih, UBISOC juga menyelenggarakan Children's Weekly Ramadan Activities. Di sini, anak-anak yang tinggal di sekitar Birmingham diundang dan diajarkan membaca Alquran atau diceritakan kisah Nabi dan Rasul oleh para pengajar yang merupakan mahasiswa University of Birmingham.
Aktivitas anak-anak belajar Alquran. Foto: Mahyuni Harahap |
Rasa rindu akan kampung halaman juga semakin terobati ketika saya menghadiri pengajian yang diselenggarakan komunitas masyarakat Indonesia di Birmingham setiap akhir pekan.
Takjil khas Indonesia seperti risol, martabak, gorengan, bubur kacang hijau dan lain sebagainya, turut melengkapi ibadah puasa kami yang mengikuti kegiatan ini.
Takjil yang disediakan komunitas WNI di Birmingham. Foto: Mahyuni Harahap |
Meski muslim di Birmingham minoritas, di sini setiap orang saling menghormati. Contohnya teman saya yang merupakan non-muslim ikut menjalankan puasa. Mereka tertarik berpuasa ketika saya menjelaskan manfaat puasa bagi kesehatan.
Bukber dengan teman internasional berbeda keyakinan. Foto: Mahyuni Harahap |
Sebenarnya, bukan menahan lapar dan dahaga selama 18 jam yang menjadi tantangan untuk berpuasa di Birmingham. Tantangan sebenarnya adalah bagaimana membagi waktu malam yang hanya 5 jam untuk ibadah malam, sahur dan beristirahat.
Biasanya saya pulang ke rumah usai tarawih pukul 00.30 GMT. Sesampai di rumah hal yang saya lakukan adalah mempersiapkan makan sahur. Salah satu cara untuk mengurangi dehidrasi selama berpuasa di siang hari adalah dengan menghindari makanan pedas untuk makan sahur.
Karenanya, saya memilih untuk menyantap salad, kurma dan segelas susu sebagai hidangan sahur saya. Kandungan air dan serat di dalam sayuran cukup memberikan saya energi dan nutrisi selama berpuasa.
Semoga kita semua diberi kesehatan agar lancar menjalankan ibadah selama Ramadan. Selamat berpuasa bagi seluruh umat muslim di dunia.
*) Mahyuni Harahap adalah WNI yang sedang menempuh studi MSc Research in Metallurgy and Materials, University of Birmingham, Inggris.
Bagi Anda para pembaca detikcom yang memiliki cerita berkesan Ramadan seperti di atas, silakan kirimkan tulisan Anda ke e-mail: ramadan@detik.com. Jangan lupa sertakan nomor kontak Anda dan foto-foto penunjang cerita. (rns/rns)












































Menu iftar UBISOC di minggu ke-2 Ramadan. Foto: Mahyuni Harahap
Suasana bukber UBISOC. Foto: Mahyuni Harahap
Cerita serunya ikut bukber dari salah satu mahasiswa University of Birmingham. Foto: Mahyuni Harahap
Kegiatan membaca Alquran. Foto: Mahyuni Harahap
Aktivitas anak-anak belajar Alquran. Foto: Mahyuni Harahap
Takjil yang disediakan komunitas WNI di Birmingham. Foto: Mahyuni Harahap
Bukber dengan teman internasional berbeda keyakinan. Foto: Mahyuni Harahap