"Oleh sebab itu, BPIP yang lainnya nggak usah bicara. Saya bilang, saya yang hadapi. Saya ini tahu lapangan. Caranya ini kalau membunuh nyamuk satu-satu nggak selesai-selesai. (Caranya) itu sarangnya ada disemprot dengan pestisida, itu kan berhenti sekarang. Pindah malahan," kata Mahfud setelah mengikuti Upacara Hari Kelahiran Pancasila di Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, Jumat (1/6/2018).
Mahfud menuturkan kinerja BPIP tak terganggu oleh isu itu. Jika ingin mengetahui apa saja setumpuk pekerjaannya, masyarakat dipersilakan datang ke kantornya atau membaca peraturan presiden (perpres) tentang BPIP di website Sekretariat Negara (Setneg).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oh sama sekali tidak (terganggu). (BPIP) banyak kerjanya. Jadi kalau soal kerja BPIP, datang ke kantor BPIP saja. Di sana ada yang menjelaskan dan ada matriksnya. Atau kalau ingin lebih praktis baca perpresnya, kan ada di website-nya Setneg," ujar Mahfud.
Sebelumnya, Mahfud menyebut gaji pokok yang didapatnya cukup kecil. Apalagi bila dibandingkan dengan total penghasilan pejabat negara lainnya.
"'Loh kalau gitu kecil dong,' saya bilang. Jika dibandingkan dengan yang lain. Coba DPR berapa itu gajinya. Saya pernah anggota DPR tahun 2004 saja saya kalau di luar gaji pokok itu sudah membawa pulang rata-rata Rp 150 juta tahun 2004. Ini udah 14 tahun berarti di sana udah lebih dari Rp 200 juta udah pasti DPR ya," sebut Mahfud.
Tak sampai di situ saja. Mahfud pun membalas 'serangan' Amien kepada BPIP dengan mengungkit uang dari terduga koruptor. Duit yang dimaksud Mahfud adalah aliran dana dari terdakwa dugaan korupsi dana Alkes Siti Fadilah Supari yang sempat disebut jaksa masuk ke rekening Amien Rais dalam persidangan pada 31 Mei lalu.
Mahfud mengungkit hal tersebut merespons kritik Amien yang menyebut BPIP hanya ongkang-ongkang tapi mendapat hak keuangan besar. (aan/nvl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini