"Ini masih trial, ada uji trial. Ini kita masih lihat dampak ke kulit manusia. Ini harus diperiksa terus. Terus dampaknya kepada lingkungan kalau nanti dipakai harus diperiksa terus," kata Kepala Sub-IPLT Duri Kosambi Rommel Benny Sitompul di kantor Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Duri Kosambi, Jalan Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Jakarta Barat, Selasa (29/5/2018).
Selain itu, Rommel menyebut masih meneliti kekuatan mesin pengolahan limbah yang setiap hari mengolah 80 m3 limbah tinja dan menghasilkan 60 m3 air. Dia berharap kajiannya dapat selesai tahun ini dan pada 2019 bisa digunakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Saat Air Olahan Tinja Dipakai Cuci Muka |
Rommel menyebut pihaknya sengaja melakukan penelitian memakai sampel ekstrem, yakni tinja. Menurutnya, ke depan akan dilakukan pengelolaan dengan air.
"Sekarang masih uji sampai benar-benar layak. Air ini sengaja kita ambil yang ekstrem orang lihatnya gini. Tapi sebenarnya kita mau lakukan pengelolaan untuk yang sudah ada air, tapi kita mau coba mesin ini ekstremnya bisa nggak, kalau ini bisa kenapa tidak," sambungnya.
Baca juga: Before After Air Tinja Diolah Jadi Bening |
Ia menyebut awalnya penggunaan alat tersebut untuk menciptakan pembuangan limbah sesuai dengan baku mutu standar Indonesia. Tujuannya agar industri tak sembangan membuang limbah ke sungai.
"Jadi direncanakan intinya, yang pertama, kita ingin mengurangi dampak lingkungan setiap buangan. Artinya, industri, orang yang buang ke kali sembarangan. Jadi setiap pengolahan IPLT di Indonesia kita ingin usahakan pengolahannya sudah benar-benar layak atau sesuai baku mutu di Indonesia," kata Rommel.
"Datanglah mesin ini yang begitu cepatnya sehingga dengan adanya metode Andrich baru. Kita harapkan semua olahan di Indonesia cepat. Artinya, lahannya tidak terlalu lebar dan pengolahannya cepat, lingkungan bersih dapat dirasakan masyarakat," pungkasnya. (yld/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini