"Orang yang ingin cepat masuk surga, bom bunuh diri itu termasuk dalam arena seperti ini tidak selalu orang miskin tapi dia jengah terhadap keadaan, dia juga mengalami konflik internal dalam jiwa," kata Haedar Nashir di Universitas Uhamka, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Minggu (27/5/2018).
Dia menjelaskan dalam kondisi seperti itulah yang dimanfaatkan orang tak bertanggung jawab untuk mempengaruhinya. Menurutnya, dengan adanya konflik kejiwaan itulah ajaran-ajaran radikal itu mudah masuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Pascabom, Gereja-gereja di Surabaya Dijaga Banser dan Pesilat
Haedar menambahkan paham radikalisme dan terorisme ini bisa mempengaruhi siapa saja. Termasuk paham radikalisme tersebut juga bisa mempengaruhi masyarakat kalangan menengah ke atas.
"Dia sudah kaya hidup makmur tapi dunianya penuh kegelisahan. Lalu banyak situasi ya semacam membosankan, penuh konflik, penuh pertaruhan. Lalu orang itu mendambakan hal lain. Dulu ada gerakan lain itu dari milenial juga gerakan pemberontakan, lalu ada lagi orang yang mengaku jadi nabi," ucap dia.
"Di tengah situasi yang chaos di keluarga, datanglah mimpi-mimpi milenial yang dihadirkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab," pungkasnya.
Baca Juga: Risma: Surabaya Aman, Jangan Takut dan Silakan Datang
(ibh/fdu)