Acara Gosip & Buka Aurat, Waktu Siaran TV Harus Dibatasi

Acara Gosip & Buka Aurat, Waktu Siaran TV Harus Dibatasi

- detikNews
Sabtu, 16 Jul 2005 08:02 WIB
Jakarta - Pro dan kontra terhadap instruksi Menteri Komunikasi dan Informatika mengenai pengurangan waktu siaran bagi insan pertelevisian terus bergulir. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menilai pembatasan siaran itu melanggar Inpres dan UUD, namun dukungan terhadap instruksi ini juga muncul.Dampak positif pembatasan ini adalah penghematan energi. Selain itu, acara-acara televisi di malam dini hari hanyalah acara-acara yang tidak bermutu, yakni gosip-menggosip dan buka-bukaan aurat."Berbagai pihak hendaknya mengambil nilai positif dari pembatasan pengurangan jam siaran televisi," kata ahli telematika Heru Sutadi, dalam siaran pers yang diterima oleh detikcom, Sabtu (16/7/2005).Menurut Heru, stasiun televisi mempunyai masa istirahat sehingga alat-alat yang mereka pakai dapat di switch off sehingga tidak panas terus-menerus. Hal ini juga menghemat energi bagi stasiun televisi bersangkutan dan negara.Dengan instruksi ini, lanjut Heru, para pemirsa akan mematikan televisinya. Apalagi, penonton televisi di waktu malam dini hari tidak signifikan jumlahnya dan ratingnya tidak tinggi.Heru berpendapat, acara-acara televisi pada malam dini hari tidak ada yang memberikan satu pencerahan apalagi pendidikan yang berarti. Bukan pada jam-jam itu saja, bahkan pada jam-jam normal pun, peran televisi dalam hal mendidik dan memberikan satu informasi yang memang berguna dapat dipertanyakan."Urusan buka-buka aurat ataupun gosip-menggosip adalah tayangan televisi kita. Itu adalah satu hal yang seharusnya menjadi concern lembaga terhormat seperti KPI untuk menertibkannya," jelas Heru.Selain televisi umum, pembatasan jam siaran harus pula diberlakukan pada televisi-televisi berlangganan. Hanya saja, kata Heru, pemerintah juga perlu intropeksi mengapa terjadi krisis energi dan tidak mengalihkan isu solusi ke depan dengan isu heroik berupa penghematan energi.Heru menegaskan, pemerintah perlu segera membangun pembangkit-pembangkit tenaga listrik baru serta memperbaiki pembangkit-pembangkit tenaga listrik yang tidak berfungsi optimal. Tanpa hal itu, sama saja penghematan energi hanyalah sekadar memendam masalah, bukan solusi dari masalah karena kehidupan tidak bisa berjalan ke belakang."Kita memang tidak bisa hidup seperti jaman batu, sehingga pemerintah harus memikirkan bagaimana untuk bisa mensuplai energi. Kebutuhan masyarakat akan energi selalu bertambah sesuai dengan kemajuan zaman," papar Heru. (atq/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads