Bamsoet mengaku hanya ingin melakukan pekerjaan sebaik-baiknya. Terutama mendorong lembaga yang dipimpinnya untuk jauh lebih keras dalam mendengar aspirasi masyarakat.
"Mau tidak mau, kita harus mengakui bahwa kita menghadapi citra DPR yang buruk karena kasus yang dialami Pak Setnov. Yang bisa kita lakukan untuk membenahinya adalah dengan bekerja lebih giat lagi. Terutama pada persoalan yang sedang menjadi perhatian masyarakat," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (23/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Bamsoet mengakui banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya kinerja legislasi tersebut, di antaranya kurang kuatnya komitmen salah satu pihak (DPR atau pemerintah) dalam menyelesaikan tahapan pembentukan UU yang telah direncanakan, lemahnya koordinasi antar-lembaga pembentuk UU, dan kurangnya pemahaman terhadap proses pembentukan UU.
Baca juga: Ketua DPR Janjikan Revisi UU Tipikor |
Sebelumnya, hasil survei Charta Politika pada 13-19 April menunjukkan kepemimpinan Bamsoet menunjukkan kinerja yang baik. Sebanyak 49,3 persen responden menyatakan optimistis terhadap Bamsoet. Sedangkan mereka yang optimistis terhadap kepemimpinan Setya Novanto hanya 17 persen. Sisanya, 33,7 persen, menjawab tidak tahu. Margin of error survei ini mencapai 2,19 persen.
"Survei dilakukan pada 2.000 responden dengan sebaran meliputi 34 provinsi dan 10 etnis dengan usia responden minimal 17 tahun atau sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak pilih," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya.
Survei dilakukan secara tatap muka (face to face interview) menggunakan kuesioner terstruktur (structured interview). Sampel responden dipilih secara acak (probablity sampling) dengan metode penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling).
Meskipun demikian, random sampling tersebut tetap memperhatikan proporsi antara jumlah sampel dan jumlah penduduk di setiap kabupaten. (mul/mpr)











































