Karena itu, dia menilai wajar jika Amien belakangan beberapa kali terdengar melemparkan kritik tajam kepada pemerintah. Fahri menyindir pemimpin saat ini tidak cocok mengendarai kendaraan canggih bernama 'demokrasi'.
"Kenapa Pak Amien 'kumat'? Mohon maaf nih ya, istilahnya. Karena beliau yang membuat ini negara dan beliau tahu kapasitas orang yang harusnya mengendarai kendaraan itu. Jadi kalau dari awal dia lihat nggak cocok, disikat sama beliau," kata Fahri ketika mengisi acara '20 Tahun Refleksi Reformasi' di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika pemerintah tak mau dikritik pedas oleh Amien, Fahri mengimbau agar mencari pemimpin yang lebih 'canggih'. Dia menganalogikan kepemimpinan saat ini ibarat mobil Ferrari dikemudikan sopir bajaj.
"Makanya kalau Pak Amien kritiknya agak kurang, ya cari pemimpinya yang canggih dikitlah. Tapi kalau kapasitas pemimpinnya cuma SMS dan telepon, padahal di situ bisa bayar utang, bisa motret, bisa e-commerce, bisa GPS, bisa chatting segala macam tapi cuma dipakai SMS dan telepon. Kapasitas dia dengan kemampuan mesinnya tidak memadai," sebut Fahri, yang juga eks aktivis 1998.
"Ini kalau kemudinya dipegang sama orang yang tidak memadai, bisa rusak mesinnya. Sampai mati kita empot-empotan ini. Sopir bajaj nyupirin Ferrari kan ngeri kita," sambungnya.
Dia berharap masyarakat menyadari hal ini sepenuhnya. Fahri bahkan meminta agar sosok Amien Rais bisa diangkat menjadi sebuah film.
"Saya berharap ini harus jadi kesadaran kolektif. Tolonglah bikin film buat Pak Amien tentang bagaimana sistem ini didesain," tuturnya. (tsa/dkp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini