Fitri mengaku turut bergabung dalam sejumlah grup WhatsApp yang menyebarkan paham radikal. Dari situ, Fitri mewawancarai 300 orang dan menyimpulkan penyebab aktifnya peran perempuan dalam jaringan terorisme.
Menurut Fitri, peran perempuan tidak terlalu muncul saat era Jemaah Islamiyah (JI). Fitri mengatakan para istri pelaku teroris tersebut saat itu tidak tahu tentang apa yang dilakukan suaminya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, di era JAD (Jamaah Ansharut Daulah), Fitri menyebut para istri teroris lebih aktif. Mereka, disebut Fitri, mulai bergerak membuat kelompok melalui percakapan di aplikasi perpesanan instan, seperti WhatsApp dan Telegram.
"Iya perubahan pola. Mereka diizinkan melakukan amaliah itu, itu dari penelitian saya di era JAD. Nah sekarang yang terjadi, mereka mampu menggalangkan diri, sekarang mereka bisa membuat kelompok juga. Yang terjadi di kelompok JAD, mereka melakukan propaganda melalui grup WA, grup Telegram. Jadi mereka merasa aman," ucap Fitri.
"Mereka memiliki suara, yang tadinya, awalnya nggak boleh bersuara. Ketika mereka masuk ke grup perempuan saja, mereka boleh dan mereka bisa berceramah untuk perempuan sendiri," imbuh Fitri.
Selain itu, menurut Fitri, ada dorongan dari tokoh-tokoh tertentu di kelompoknya. Para tokoh itu, disebut Fitri, memberikan semangat bagi para perempuan atau istri teroris untuk bergerak.
"Mereka punya tokoh yang memberi semangat itu berapi-api. Tokoh-tokoh ini, ada dari habib, tokoh tertentu, ada dari turunan kelompok mujahid sebelumnya," kata Fitri. (dhn/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini