Dia mengatakan pemasangan listrik dilakukan dengan teknologi lampu LED ke setiap rumah maksimal 25 watt atau 5 watt untuk setiap titik ruangan yang sumbernya berasal dari genset.
"Genset dan infrastruktur listrik kita bantu untuk setiap wilayah yang membutuhkan. Hal itu bisa kita anggarkan dari APBD Jawa Barat atau kita carikan bantuan dari kementerian (pusat) dan itu bukan masalah," kata Uu dalam keterangan tertulis, Sabtu (19/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan masyarakat yang wilayahnya sudah menerima bantuan tinggal diberi materi pelatihan pemeliharaan.
Dalam sehari, genset membutuhkan 20 liter solar. Jika harga solar Rp 5.150, dana yang dibutuhkan untuk bahan bakar genset Rp 103.000.
Selanjutnya, kata Uu, listrik dari genset tersebut dibagi ke 50 aki rumah tangga dengan sistem isi ulang (charge).
Dia mengatakan, dalam satu kali isi ulang, warga hanya perlu membayar Rp 2 ribu untuk pemakaian lampu LED selama satu bulan.
"Nah, bayangkan hanya dengan Rp 2 ribu setiap bulan, masyarakat dapat menikmati penerangan lampu di malam hari. Rumah menjadi terang dan anak-anak bisa belajar di malam hari dengan nyaman," paparnya.
Dia mengatakan alasan warga di pelosok tak mendapat listrik adalah kondisi demografi yang sulit terjangkau dan minimnya jumlah penduduk yang membuat pembangunan infrastruktur menjadi lebih mahal.
"Kendalanya, pihak penyedia listrik (PLN) tidak bisa atau mau berinvestasi ke wilayah yang demografinya sulit dan penduduknya sedikit karena biaya pemasangan tiang yang mahal," pungkasnya. (mul/mul)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini