"Terkait korban anak, sama seperti di beberapa kasus di berbagai tempat, KPAI tentu saja memberikan support yang maksimal terkait perlindungan dan rehabilitasinya," kata Komisioner Bidang Anak Berhadapan dengan Hukum, Putu Elvina, di gedung Bareskrim Polri, Jalan Jatibaru, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (14/5/2018).
Anak teroris itu akan didampingi hingga memahami makna nasionalisme dan Bhinneka Tunggal Ika. Edukasi itu dinilai dapat mencegah aksi terorisme yang kelak dilakukan keturunan teroris tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Elvina menilai aksi terorisme yang melibatkan anak merupakan kesalahan edukasi yang diajarkan orang tua mereka. Apalagi para anak juga hidup di lingkungan yang mendukung radikalisme dan terorisme.
"Yang sangat disayangkan adalah bagaimana orang tua tega melibatkan anak melakukan aksi bunuh diri dalam teror, ini yang sering disalahgunakan. Melibatkan anak dalam aksi terorisme tentu saja tidak dibenarkan, " ucap Elvina.
"Jadi, ke depan, upaya edukasi memahamkan kepada anak bentuk penolakan tidak seperti ini. Bagaimana kemudian memahamkan dan mengedukasi anak untuk menerima perbedaan, kebinekaan, itu menjadi pencegah mengurangi daya efek paham radikal tersebut," sambung Elvina.
Seperti diketahui, sejumlah teror bom yang terjadi di Surabaya sejak Minggu (13/5) kemarin melibatkan anak para teroris. AR (15), FP (11), dan GA (10) terpaksa dilarikan ke RS akibat ledakan di Rusun Wonocolo, Kecamatan Taman, Sidoarjo, Minggu malam kemarin, yang dilakukan ayahnya, Anton Febriyanto.
Dalam aksi teror yang terjadi di Mapolrestabes Surabaya, pagi tadi, juga tampak seorang polisi menyelamatkan seorang bocah perempuan berkerudung. Belum diketahui apakah bocah tersebut anak pelaku teror.
Simak juga video "Bom Menggunakan Anak-anak Pertama Kali di Indonesia" berikut ini:
(gbr/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini