"Tim kami menemukan seorang nenek yang menangis dan kebingungan di rumah sakit dan mencari adiknya yang hilang. Beliau dilaporkan melakukan ibadah di gereja GPPS Jalan Arjuna. Sudah dilakukan pendataan dan selanjutnya kami sebarkan informasi ini ke seluruh jejaring kami dan semoga bisa segera ditemukan," kata anggota LDP Provinsi Jawa Timur Twi Adi dalam keterangan tertulis Kemensos, Minggu (13/5/2018).
Baca juga: Pengebom Gereja Surabaya Rakit Bom di Rumah |
Sementara itu, Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan, pihaknya secara intensif melakukan pendataan para korban pengeboman di tiga gereja di Surabaya. Tujuannya untuk menyiapkan santunan bagi ahli waris korban meninggal maupun bantuan untuk korban luka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harry juga mengajak masyarakat agar tidak membagikan atau mengirimkan foto kerusakan dan korban sebagai empati kepada kelaurga. Sebab, menyebarkan foto-foto kerusakan malah mendukung provokasi teroris.
"Mari berempati terhadap korban. Hentikan penyebaran foto korban dan kerusakan yang mengerikan. Foto-foto itu adalah wujud teror dan provokasi. Menyebarkan foto seperti itu merupakan tujuan dari teroris. Kita tidak mau menjadi alat dari tujuan teroris," pesan Harry.
Dia juga mengajak masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga kejernihan pikiran serta bersatu dalam doa. Harry mengingatkan masyarakat agar selalu melakukan cek dan ricek informasi yang beredar agar tidak menambah ketakutan, kecemasan kepada korban dan keluarganya.
"Kita bersama melawan teror," tegas Harry.
Sebelumnya, ledakan bom pagi tadi terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jl Ngagel Madya Utara, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Surabaya di Jl Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Jl Arjuna.
Sejauh ini, ada 13 korban tewas dan 41 orang luka-luka akibat kejadian itu. Proses identifikasi jenazah masih dilakukan.
(ams/iy)











































