Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera melihat kemungkinan terjadinya hal serupa di Pilpres 2019 nanti. Menurutnya, angin perubahan itu bisa juga terjadi di Indonesia.
"Saya ingin mengatakan kalau di Malaysia angin perubahan itu ada, Indonesia yang selama ini jadi pioner perubahan, lebih kuat lagi angin itu ada, 2019 ganti presiden," kata Mardani saat dihubungi, Kamis (10/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mardani mengaku sempat datang ke Kuala Lumpur untuk tahu kondisi Pemilu di Malaysia. Dia melihat Mahathir bisa menang karena mampu menyampaikan kampanye secara luas lewat media sosial.
"Ketika oposisi tidak punya siaran televisi, tapi oposisi secara cerdas menggunakan Facebook live untuk menyampaikan ceramahnya. Dan itu rate viewer-nya sempat mencapai 600-700 ribu. Tapi kalau malam hari H, saya lihat pidatonya Mahathir, angka tertinggi bisa smpai 800 ribu," ujar dia.
Sementara, kubu Najib Razak yang merupakan petahana hanya punya penonton sekitar 2.000-3.000 saja.
Mardani juga memandang kecerdasan koalisi Pakatan Harapan yang menjagokan Mahathir. Mahathir, kata dia, punya basis pendukung yang kuat di pedesaan. Padahal, sebelumnya Barisan Nasional kuat di pedesaan.
Ceruk suara itu dapat dapat diraup Mahathir karena simpati yang muncul dari masyarakat pedesaan. Pangkalnya, Mahathir yang merupakan mantan PM Malaysia kerap mendapatkan perlakuan tak adil saat berkampanye.
"Karena beberapa hari kemarin, Mahathir Mohamad pidato sempat dihentikan polisi. Terus poster Mahathir Mohamad tidak boleh karena bukan ketua partai. Jadi kalau dilihat badannya Mahathir tapi kepalanya oleh polisi dirobek, nggak boleh ada," ucapnya.
"Itu rupanya menghadirkan simpati orang. Mahathir ini bukan sembarang orang, Mahathir adalah Bapak Pembangunan Malaysia. Jadi tidak bisa diperlakukan seperti itu," imbuh Mardani.
Selain itu, Mardani melihat cara Pakatan Harapan memetakan suara berdasarkan data kependudukan. Data ini kemudian dijadikan landasan penentuan isu dan calon yang dikampanyekan. Mardani mengetahui hal ini setelah mengunjungi command center Pakatan Harapan.
"Mereka sudah punya data yang sangat lengkap. Misalnya di dapil itu berapa jumlah melayunya, berapa cinanya, berapa indianya, berapa yang berpendidikan tinggi, berapa berpendidikan menengah, kemudian apa isu yang berkembang," ujar Mardani.
"Itu menentukan siapa calon yang diletakkan di sini. Dan menurut saya, micro campaign dengan data yang lengkap ini memudahkan gerak mereka," sambungnya.
Sebelumnya diberitakan, koalisi oposisi Pakatan Harapan pimpinan Mahathir Mohamad menang secara mengejutkan dalam pemilu ke-14 yang digelar Rabu (9/5). Mahathir, yang kini berusia 92 tahun, berhasil mengalahkan koalisi Barisan Nasional, yang kini berkuasa dan dipimpin Perdana Menteri Najib Razak.
Benarkah Pendukung Mahathir tumpah ruah ke jalan? Saksikan videonya di 20Detik:
(jbr/ibh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini