Kritik hingga Apresiasi soal Penanganan Penyanderaan Mako Brimob

Kritik hingga Apresiasi soal Penanganan Penyanderaan Mako Brimob

Danu Damarjati - detikNews
Kamis, 10 Mei 2018 11:04 WIB
Kritik hingga Apresiasi soal Penanganan Penyanderaan Mako Brimob
Ilustrasi (Grandyos Zafna/detikcom)
Jakarta - Peristiwa kerusuhan dan penyanderaan di kompleks Mako Brimob memakan korban jiwa dari polisi. Kritik dan apresiasi terkait tragedi ini dialamatkan ke Polri.

Saat proses operasi masih dijalankan polisi pada Rabu (9/5/2018), Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengkritik kelambanan reaksi polisi.

"Polri tidak dengan cepat mengatasi situasi tersebut sejak Selasa (8/5) sore. Akibatnya, pada pukul 21.00 WIB, napi teroris berhasil menjebol terali tahanan," kata Neta kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[Gambas:Video 20detik]


Neta juga mendesak kepolisian transparan menjelaskan kejadian penyanderaan di Rumah Tahanan Cabang Salemba, Mako Brimob, Depok, Jawa Barat. Neta menilai ketidakpekaan polisi ini diakibatkan oleh seringnya oknum di rutan menerima uang sogokan supaya narapidana bisa membawa ponsel ke balik jeruji besi.

"Akhir-akhir ini polisi tidak profesional, tidak dianggap, dan tidak peka," kata Neta.

Ada pula Ketua Umum PP Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak yang menanggapi peristiwa ini. Dia berusaha meruntuhkan klaim ISIS sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kerusuhan dan penyanderaan ini.

"ISIS Mako Brimob :-)??....ISiS..ISis cuit," kata Dahnil. Dia menilai pernyataannya ini juga selaras dengan sikap Polri yang membantah klaim ISIS. Namun Dahnil juga mengkritik polisi yang dinilainya telah memperlakukan Ahok dengan tak adil sebagaimana seharusnya polisi memperlakukan terpidana lainnya. Ahok ditempatkan di Mako Brimob, bukan di lembaga pemasyarakatan.

"Dikarenakan penjara mako brimob tidak aman, saran saya Ahok dipindahkan penjaranya ke Cipinang, atau klo masih tidak aman lebih baik disewakan apartemen yang mewah dg penjagaan super ketat, klo gak aman juga ya dekat Istana bogor saja," kata Dahnil lewat akun Twitter-nya kemarin.

Selain kritik, ada saran untuk polisi soal penanganan penyanderaan itu. Pengamat terorisme Al Chaidar menyarankan agar TNI ikut turun tangan. Soalnya, TNI adalah pihak yang punya kemampuan tempur.

Politikus Partai Gerindra menyarankan hal serupa. "Kita menghargai negosiasi yang dilakukan polisi. Tapi apabila negosiasi gagal, perlu kerja sama dengan TNI untuk amankan itu," kata anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Martin Hutabarat, kemarin.

Saat penanganan dilakukan pada Rabu (9/5), polisi menggunakan istilah negosiasi, meski belakangan Wakapolri Komjen Syafruddin menyatakan yang dilakukan bukanlah negosiasi. Kemarin pengamat terorisme Al Chaidar sempat melontarkan pesimismenya.

"Saya kira (polisi) tidak akan berhasil karena mereka memiliki senjata dan dengan itu mereka akan memperluas pengaruhnya, penguasaannya terhadap seluruh kompleks, apalagi mereka memiliki tawanan dan bisa menambah tawanan untuk menambah bargaining," kata Al Chaidar.

Namun pesimisme itu akhirnya terbantahkan. Satu sandera, yakni Bripka Iwan Sarjana, dibebaskan pada pergantian hari. Kamis (10/5/2018) pukul 07.15 WIB tadi, operasi penanganan pemberontakan napi teroris ini dinyatakan selesai. Sebanyak 155 napi teroris menyerah tanpa syarat.

"Sikap pemerintah dalam menyelesaikan kasus kekacauan dan penguasaan Rutan Brimob oleh tahanan teroris patut diapresiasi, apalagi dalam penyelesaiannya tidak ada korban luka maupun tewas, dan tahanan teroris berhasil dipaksa menyerah tanpa syarat," tutur Neta.

"Indonesia Police Watch (IPW) menilai hadirnya Menko Polhukam, Panglima TNI, dan pejabat lainnya di Mako Brimob menunjukkan sikap soliditas aparatur pemerintah yang mampu memberi support kepada Polri untuk menyelesaikan kasus tersebut secara profesional. Dengan selesainya kasus ini, IPW berharap kasus serupa tidak terulang lagi. Sebab, kekacauan di Rutan Brimob sudah dua kali terjadi," imbuhnya.

IPW memberi catatan. Pertama, Rutan Brimob perlu segera dibubarkan. Kedua, jangan kumpulkan napi terorisme di satu tempat dalam jumlah besar. Ketiga, Polri perlu mengevaluasi semua tempat penyimpanan senjata api. Keempat, mentalitas sipir yang mudah disuap perlu diubah. Kelima, Polri harus bertindak tegas mencopot pejabat yang bertanggung jawab atas tragedi ini.

Warganet juga riuh menyambut perkembangan keberhasilan polisi di Mako Brimob. Saat Bripka Iwan bisa dibebaskan, pengguna Twitter mencuitkan kalimat-kalimat positif.

"Kabar baik untuk keluarga yang bersangkutan. Semoga para pelaku bisa ditangkap hidup-hidup agar buka mulut siapa dalangnya," kata akun Twitter Izhar Gardena.

"Alhamdulillah, ya Allah," cuit Mumuy

"Terima kasih, Tuhan," kata akun bernama Paket Dayak. (dnu/bag)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads